Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si "Bangku Tua"

15 Juli 2012   02:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak hal yang belum bisa saya ungkap dari penyuka "Bangku Tua" ini, sampai-sampai judul saya buat mirip dengan nama pelantun "Si Burung Camar".

Namun demi sedikit naluriku mulai tergugah, membaca apa yang tersurat dari setiap tulisan dan gambarnya, dan makna yang tersirat dalam tulisan dan gambarnya.

Luar biasa ternyata ......

Pada awalnnya aku sering mengartikan gambar milik mbak Inge Ngotjol adalah jeritan seorang jomblo atau janda yang merindukan kehangatan dan belaian lelaki, wanita yang lama ditinggal mati oleh suaminya, atau bahkan wanita jomblo yang tak laku-laku sampai di usianya yang tua.

[caption id="attachment_187889" align="aligncenter" width="576" caption="Si Bangku Tua, Inge Ngotjol"]

13423153671578555111
13423153671578555111
[/caption] Analisa dan terawanganku berbalik 180 °, setelah membaca dan mengamati photo-photo mbak Inge yang lain [bangku-bangku tua yang lain] [caption id="attachment_187890" align="aligncenter" width="576" caption="Kesabaran si Bangku Tua, Inge Ngotjol"]
13423154631057095592
13423154631057095592
[/caption] Ketakjubanku begitu luar biasa ketika membaca artikel dan photo-photo Gilang Rahmawati [si Aghil], perpaduan tulisan dan gambar kedua wanita ini sungguh luar biasa. Keduanya menceritakan kesabaran, kesepian, kehampaan, ketidakberdayaan, kegundahan, dan kerisauan hati orang tua atau usia senja kita kelak.
1341456482267743939
1341456482267743939

Harapan dan keinginan para orang tua yang telah berpisah dengan anak-anaknya maupun ketakutan para orang tua lanjut usia akan sisa hidupnya yang akan membebani anak-anaknya, yang sesungguhnya tak perlu mereka risaukan karena para anak-anaknya telah beliau pelihara dan besarkan dengan sebaik-baiknya.

13414566761129893537
13414566761129893537

(aku telah menua, tapi tetap berkhayal bahagia)

Namun kerisau para orang tua itu tak dapat dipungkiri, dari berbagai cerita dan pemberitaan tentang ketidakpedulian anak-anak mereka, dan seperti kebanyakan anak-anak mereka disibukan dengan pekerjaannya dan lebih disibukan oleh urusan anaknya sendiri [cucunya]. Dan tak sengaja saya membaca tulisan dari teman saya yang saya taruh di photo-nya Gilang Rahmawti, dan hati saya tambah sedih setelah membacanya

13414567271422489392
13414567271422489392

KALAU AKU SUDAH TUA

Kalau aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku. Kalau pakaianku terciprat sup, kalau aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu. Kalau aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, janganlah memutus pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tertidur. Kalau aku memerlukanmu untuk memandikanku, janganlah marah padaku. Ingatlah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi? Kalau aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu. Kalau aku tak dapat berjalan, ulurkanlah tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil. Kalau aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas. Kalau kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, Sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku. Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu (disadur dari internet/ sumber tdk diketahui)

13360728631766644329
13360728631766644329
Ya Alloh....... Pemilik dari semua usia, aku tak  pernah tahu sisa usiaku ataupun sisa usia mereka, beri kesempatan padaku untuk mendampingi sisa hidupnya, bila masih ada kesempatan akan kulakukan apa yang telah mereka ajarkan dan lakukan padaku diwaktu kecil, tentang menyuapi, tentang menemani,  tentang kesabaran, tentang keuletan, tentang perhatian, tentang memeluk, sampai menidurkanku. Namun bila usiaku tak sepanjang usia mereka, teguhkanlah istri dan anak-anakku untuk memelihara mereka seperti yang aku ajarkan dan seperti mereka memeliharaku diwaktu kecil hingga dewasa... Ya Alloh mohonkan ampun pada mereka atas semua salahku yang belum sempat terucap pada mereka.. Ya Alloh sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang sesungguhanya yang kami dan mereka butuhkan... Aamiin.....
1339188087277872734
1339188087277872734

Terimakasih mbak Inge Ngotjol, mbak Gilang Rahmawati, dan mbak Margaretha Diana atas Photo dan inspirasinya.

Untuk cerita di balik photo lainya silahkan buka Cerita di balik Photo WPC.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun