Hampir 3 tahunan penulis mengenal dekat dengan beringin tua yang sudah berjenggot ini, meski secara kepartaian telah puluhan tahun, waakakakakakaka ............... Penulis hampir selalu berteduh disini tiap hari, berlindung dari panasnya matahari, meski buahnya belum bisa dimanfaatkan namun beringin tua sanggup mengayomi orang dibawahnya, meski kadang kala sering kita dengar beringin tua sering tumbang terutama dimusim penghujan, mungkin saja besarnya pohon dan lebatnya dahan tak diimbangi dengan akar yang kuat. [caption id="attachment_182745" align="aligncenter" width="640" caption="akar beringin, nanang photo"][/caption] Dan baru 3 harian ini penulis terusik setelah membaca WPC-8 Minimalist photography, terusik untuk memotret pohon ini, bukan pohon atau dahan serta daunnya namun akar yang menyerupai rambut, bahkan jenggot yang menandakan usia beringin tak lagi muda lagi, dan jaman telah mengujinya.
[caption id="attachment_182746" align="aligncenter" width="640" caption="pahatan alam di beringin tua, nanang photo"]
Akar-akar ini menyerupai serat-serat yang sedimikian rupa seperti ditata sebelumnya, seperti pahatan ukiran namun begitu alami, mungkin suatu saat bisa dijadikan motip batik ataupun hiasan lainya, dan mungkin penulis suatu saat bisa lebih lagi dalam mengekploitasi toh tidak bakalan merusak pohon beringinnya.
[caption id="attachment_182749" align="aligncenter" width="640" caption="akar beringin tua yang menyerupai rajutan syaraf, nanang photo"]
Akar-akar ini membentuk serabut-serabut yang mirip dengan rajutan syaraf-syaraf pada tubuh, yang menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainya, meski akar ini lazimnya berada dalam tanah bukannya liar bergelantungan.
[caption id="attachment_182751" align="aligncenter" width="640" caption="otot-otot beringin tua, nanang photo"]
[caption id="attachment_182752" align="aligncenter" width="640" caption="akar beringin tua menyerupai pembuluh darah, nanang photo"]
Akar-akar beringin ini juga mirip dengan sel kanker yang tidak teratur bentuknya, yang penyakit tersebut belum kunjung diketemukan obatnya, mungkin hal itu yang membuat korupsi di negeri ini meraja rela belum bisa diterapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H