Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paser Baroe, Malioboronya Jakarta

24 November 2014   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:58 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_337313" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana Pasar Baru (Paser Baroe) ramai, pedagang di tengah jalan"][/caption]

Jakarta (23/11/14)

Sepulang dari ajang Kompasinival, paginya saya melanjutkan perjalan pulang melalui Stasiun Senen, hari masih jam 10-an pagi dan pemberangkatan kereta ditiket tertera jam 15:15, masih ada waktu panjang untuk menanti. Dan dengan meminjam motor pada saudara yang kebetulan kerja di daerah Senen. Dengan motor tersebut saya berkeliling melihat ikon-ikon Jakarta yang berada disekitar situ. Istiklal, Katedral, lapangan Ikada, dan Pasar Baru.

Dan lokasi yang terakir itu yang menarik perhatian saya, mirip gang panjang, sisi kanan kirinya petokoan bertingkat dan sisi pinggir jalan terhampar para pedagang mirip Malioboro di Yogyakarta. Tidak tahu mengapa orang-orang menyebut "Paser Baroe" tapi menurut petugas pakir tempat saya menitipkan motor, kata itu berasal dari bahasa Belanda , dan pasar tersebut sudah ada sejak jaman Belanda.

Namun sebenarnya harga disini terbilang mahal dibading harga ditempat lain, sepeti harga miniatur mobi-mobilan yang sebelum berangkat saya membeli seharga 15 ribu ditempat ini dihargai 25 ribu harga pas, dengan bentuk dan merk yang sama, mungkin Pasar baru ini sudah menjadi tempat tujuan pelancong dari luar Jakarta, nampak saudara-saudara kita dari luar Jawa sibuk berbelanja ditempat ini, begitu juga wisatawan mancanegara.

[caption id="attachment_337314" align="aligncenter" width="600" caption="petugas satpol pp, menertipkan para pedagang agar mobil dinasnya bisa lewat"]

1416811950297977096
1416811950297977096
[/caption]

Perhatian saya langsung tertuju ke arah petugas satpol pp yang berjalan dengan meniup peluit keras, mereka menghalau para pedagang yang berada ditengah jalan, mereka sabar sambil senyum-senyum tidak segarang yang diberitakan di tv-tv. Dan para pedangan-pun menarik lapak dagangannyamundur, dan tentunya mundurnya pedagang yang ada di badan jalan akan merangsek pedagang yang ada dibelakangnya.

"Liat-liat to kalau narik lapak..." protes mereka yang lapaknya berbenturan akibat temannya sesama pedagang menarik lapak agak menepi.

"Iya maaf, bentar aja entar kalau satpol pp sudah lewat lapak tak tarik lagi ke tengah" jawab pedagang tersebut sambil mengangguk.

[caption id="attachment_337315" align="aligncenter" width="600" caption="rombongan mobil dinas sapol pp"]

14168120321153929525
14168120321153929525
[/caption]

Sementara puluhan satpol pp yang berjalan terus melaju menuju pintu gerbang keluar. Dan sejenak kemudian 2 mobil pik-up dinas satpol pp juga masuk, dan para pedagang menarik kembali lapak daganganya agak menepi agar muat dilewati mobil, dan begitu mobil kedua lewat lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun