Mohon tunggu...
BunnAish
BunnAish Mohon Tunggu... -

Dreamer, writer wanna be, good mother wanna be.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masa Muda yang Tak Muda : Chapter 1

6 April 2019   19:17 Diperbarui: 10 April 2019   13:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kinan, ayo cepat ambil tasmu, atau kakak akan berangkat sekarang tanpa kamu, kamu selalu meminta hal-hal yang tidak mungkin kepada ayah, hentikan kebiasaan itu".

kak Kiran pergi dari kamar ibu, sambil membanting pintu, dia kesal karena kinan selalu merengek ingin ayah mengantarkan mereka ke sekolah, dia sudah kelas 8, dia sudah paham dengan atmospher pertengkaran ayah dan ibu sejak lama.

Diluar Kak Genta, Kak kesya, dan Kak Kayla sudah menunggu di dalam mobil, kinan lari dari kamar ibu dan mengambil tasnya di kursi dengan cepat karena takut mereka semua meninggalkannya.

Kak Kiran dan Kak Genta sampai pertama di sekolahnya, mereka berdua ada di sekolah yang sama, SMP N 8, tiba ke dua kinan di SDN 1, dan terakhir Kak kayla di SMA N 2.

Mereka selalu berangkat bersama karena sekolah mereka semua searah, dan jika ayah sedang bisa mengantarkan mereka, sebenarnya kantor ayah ada setelah sekolahnya Kak Kayla, jadi semua searah.

Di rumah, ibu duduk terdiam di kursi dapur, tempat dimana ia menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan rumah, air mata tak terasa jatuh tanpa aba-aba langsung deras membasahi pipi bahkan sampai terisak, ia tak mampu menahan sakit dalam hatinya, ia merasa dirinya sendiri yang merasakan itu, merasakan perihnya kehidupan yang tak berujung.

Ayahnya telah lama memiliki hubungan dengan perempuan lain, dia membawa wanita lain dalam kehidupan mereka, kehidupan yang dahulunya sangat bahagia, sangat sempurna, ibu yang selalu tersenyum, ayah yang selalu menyempatkan waktu liburnya untuk anak-anaknya, tiba-tiba hilang tak berjejak, senyum sang ibu entah pergi kemana, Kinan tak pernah lagi melihat senyum manis itu di bibir ibunya, yang ia lihat hanya kerutan di sisi matanya, dan mata sembab yang selalu mengeluarkan air mata setiap malamnya.

Ayah selalu menggunakan alasan pekerjaannya sebagai kesibukan yang tidak ada lagi waktu sama sekali untuk bersantai di rumah bersama dengan kinan dan kakak-kakaknya seperti dulu.

Saat awal semua perubahan ini terasa, Kinan tidak tahu apa penyebab dari ini semua, kenapa rumah secara perlahan berubah sangat pengap menyesakkan, tak ada udara segar yang membuat seisi rumah nyaman ada di dalamnya kecuali saat sang ibu memeluknya dikala tidur.

Tak ada lagi tempat nyaman yang Kinan rasakan selain pelukan ibu, meskipun ia sambil menahan tangis saat memeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun