Mohon tunggu...
Moh MasykurKasyafi
Moh MasykurKasyafi Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa S1 Desain Produk Universitas Dinamika Surabaya

Wong Asor beristiqomah dalam In Omnia Paratus. Anggota Gerakan Peduli Sosial Universitas Dinamika 2022-2024. Ketua Umum UKKI Universitas Dinamika 2023-2024. Kader GMNI FISIP UWKS. MERDEKA!!!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rasa Syukur adalah Kunci Ketenangan Hidup

2 Januari 2025   01:30 Diperbarui: 2 Januari 2025   01:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan dinamika, seringkali kita mencari ketenangan di tempat yang salah. Banyak orang percaya bahwa ketenangan hidup hanya dapat dicapai melalui harta, status, atau kesuksesan finansial. Namun, salah satu kunci ketenangan hidup adalah rasa syukur. Bersyukur tidak berarti berhenti bermimpi atau berusaha, tapi lebih berarti menerima keadaan sambil terus berusaha untuk memperbaikinya. Dalam bahasa sederhana, rasa syukur mengajarkan kita untuk menghargai pada apa yang kita miliki, bukan pada apa yang kita kurang miliki

Dalam Al-Qur'an, Syukur merupakan anonim dari kufur. Kufur dimaknai menutup hati dari nikmat pemberian Tuhan, sedangkan syukur diartikan membuka hati dari nikmat pemberian Tuhan. Rasa syukur termasuk bagian dari ajaran Islam tentang "terima kasih" yang penting dan sangat diperhatikan di mata Allah SWT sekaligus juga bagi manusia. 

Bagi saya, rasa syukur bukan hanya tentang ucapan "terima kasih" kepada Tuhan atau kepada orang lain. Itu adalah cara menghargai kehidupan. Saya mencoba mempraktikkannya setiap hari, baik melalui tindakan kecil seperti membantu orang lain, maupun dengan merenungkan semua hal baik dan buruk yang telah terjadi dalam hidup saya. 

Menghargai apa yang kita miliki akan membawa perjalanan kita menjadi nikmat, dalam menghadapi tantangan dan dinamika kehidupan. Nikmat bukan hanya yang baik aja, yang buruk juga nikmat. Karena segala nikmat baik maupun buruk adalah bagian dari perjalanan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan dan harus disyukuri serta dijalani dengan rasa sabar. Karena dibalik setiap nikmat (ketetapan) ada hikmah yang seringkali baru terlihat setelah kita menerimanya dengan ikhlas. 

Ketika Anda bersyukur, Anda menyadari bahwa hidup ini tidak perlu sempurna untuk menjadi indah. Selain itu, rasa syukur tidak hanya menjadi kunci untuk mencapai ketenangan hidup secara individu, tetapi juga sebagai nilai sosial yang membentuk hubungan antar individu dan stabilitas dalam masyarakat. Dengan bersyukur, kita belajar untuk menerima, menghargai, dan menikmati setiap momen yang kita miliki. 

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki alasan untuk bersyukur, tidak peduli seberapa kecil atau besar. Bagi Anda yang sedang merasa hidup ini berat, cobalah berhenti sejenak dan pikirkan hal-hal baik yang masih Anda miliki, terlebih juga hal buruk yang anda miliki. Syukuri hal itu, karena di situlah Anda akan menemukan ketenangan sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun