Pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih Prabowo-Gibran, menempatkan pangan sebagai program strategis dalam Visi Asta Cita tahun 2024-2029. Terkhusus untuk petani, nelayan, dan masyarakat perdesaan lainnya. Â Karena sebagai negara agraris, fokus utama pembangunan dititikberatkan di Kawasan perdesaan. Momentum Hari Pangan 16 Oktober 2024, mengingatkan kita pada pidato Bung Karno, bahwa masalah pangan adalah masalah Hidup dan mati suatu Bangsa, oleh karena itu masalah pangan tidak boleh dimaknai semata-mata sebagai kebutuhan primer, melainkan lebih luas dari itu sebagai simbol kemandirian dan alat pertahanan Negara.
Kebijakan Pangan Prabowo-Gibran selama lima Tahun kedepan  menggambarkan ke arah mana pembangunan pertanian dan perdesaan akan dibawa. Hal terdebut dituangkan pada butir Asta Cita kedua, sebagai upaya bersama Menuju Indonesia Maju. Prabowo-Gibran memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui Swasembada Pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Swasembada Pangan
Swasembada Pangan merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dari produksi dalam negeri. Asta Cita tentu melanjutkan dan menyempurnakan Visi Nawa Cita dan Visi Indonesia Maju yang telah digagas dan dijalankan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2014. Prabowo-Gibran memulai dengan meneruskan agenda Reformasi Agraria untuk memperbaiki kesejahteraan petani dalam arti luas, sekaligus mendukung peningkatan produksi di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan kelautan. Pelaksanaan Reforma Agraria 9 juta hektare dan penyelesaian konflik agraria yang sudah berjalan satu dasawarsa ini dijadikan pijakan awal. Karena agraria bagi masyarakat desa merupakan pondasi alat produksi.
Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) gurem atau dengan kepemilikan dibawah 0,5 ha pada sepuluh Tahun terakhir meningkat. Berdasarkan sensus tani 2013 ada 14,2 Juta RTUP Gurem. Angka ini naik di tahun 2023 jadi 16,8 Juta. Sementara untuk RTUP Pengguna Lahan naik dari 25,7 Juta pada 2013, menjadi 27,7 Juta pada 2023, angka tersebut menunjukkan bahwa Rumah Tangga Usaha Pertanian (RUTP) rentan mengalami kemiskinan. Prabowo-Gibran akan fokus pada pengurangan petani gurem agar menjadi petani pengguna lahan sebagai salah satu solusi dalam mengentaskan kemiskinan.
Strategi dan taktik Prabowo-Gibran yakni dengan merevitalisasi dan membangun sebagian besar hutan rusak dan tidak termanfaatkan menjadi lahan untuk aren, ubi kayu, ubi jalar, sagu, sorghum, kelapa, dan bahan baku bioetanol lainnya dengan sistem tumpang sari. Program ini untuk mendukung pencapaian kedaulatan energi nasional dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru. Pelaksanaan ini tentu mempertimbangkan kelestarian alam dan menempatkan masyarakat sekitar sebagai subjek, bukan objek dari kebijakan. Karena itu secara bersamaan, dilakukan rehabilitasi terhadap hutan rusak menjadi hutan alam, Hutan Tanaman Industri (HTI), dan hutan produksi dengan menerapkan skema PPPP (Public Private People Partnership) dimana manfaat terbesar akan dirasakan oleh masyarakat.
Tidak hanya di kawasan hutan atau areal sekitar, namun juga merevitalisasi jutaan hektar lahan yang rusak menjadi lahan produktif bagi peningkatan produksi pangan untuk mendukung kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Prabowo-Gibran tak akan memunggungi lautan. Kedaulatan pangan dipastikan berbasis protein hasil laut melalui program perikanan budidaya laut (marine aquaculture) dan perikanan budidaya pantai (coastal aquaculture), serta perikanan laut dalam (deep see fishing). Pada bagian 8 Program Hasil Terbaik Cepat Poin 3 Asta Cita, revitalisasi tanah pertanian dilakukan dengan mencetak dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan lumbung pangan desa, daerah, dan nasional. Prabowo-Gibran menargetkan tambahan 4 juta hektar luas panen tanaman pangan sampai dengan tahun 2029 mendatang.
Setelah alat produksi dipastikan tidak timpang, dalam kurun waktu lima tahun kedepan produktivitas pertanian akan ditopang melalui peningkatan sarana prasarana pendukung pertanian rakyat, teknologi pangan terpadu, mekanisasi pertanian, inovasi digital (digital farming), dan memperbaiki tata kelola rantai nilai hasil pertanian. Atas dasar itu, Prabowo-Gibran melanjutkan dan menyempurnakan kawasan sentra dan program produksi pangan atau food estate secara berkelanjutan, terutama untuk komoditas padi, jagung, singkong, kedelai, dan tebu.
Jaminan Faktor Produksi
Kawasan sentra produksi pangan ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan akses pupuk bagi petani, untuk meningkatkan produksi, produktivitas panen, dan hasil pertanian, serta pendapatan dan kesejahteraan petani. Pupuk didapatkan dengan memperkuat industri pupuk dalam negeri dan mendorong pengembangan industri pupuk bio. Dalam hal pengendalian hama terpadu (PHT), Asta Cita menempatkannya sebagai kebijakan utama dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), serta mendorong pemanfaatan pestisida nabati dan bio. Pupuk bio atau alami ini digunakan untuk peralihan pertanian kimia ke pertanian organic/alami secara bertahap. Berdasarkan 17 Program Prioritas, Prabowo-Gibran menjamin ketersediaan pupuk, benih, dan pestisida langsung ke petani.