*Oleh : Santoso, S.Sos
Tanggal 25 November 2020 Bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Pemerintah Indonesia, melalui keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI yakni 25 November yang kemudian setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Guru Nasional.Â
Jika melihat sejarah penetepan Hari Guru Nasional, peringatan tersebut diawali dengan riwayat berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Organisasi PGRI berawal dari Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912.
Kemudian, pada tahun 1932, PGHB berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada saat zaman penduduk jepang, PGI dilarang melakukan kegiatan sebab segala organisasi pada waktu itu dilarang berdiri.Â
Pada saat Indonesia sudah merdeka pada tahun 1945, dilakukan kongres Guru Indonesia tepatnya pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Pada kongres tersebut dibentuklah organisasi PGRI untuk mewadahi semua guru yang ada di Indonesia.
Tahun ini Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Guru Nasional. Berbeda dengan tahun sebelumnya, sebab peringatan Hari Guru Nasional pada tahun  2020 diuji dengan adanya Pandemi Corona. Pandemi Corona tidak hanya berdampak pada stabilitas bidang perekonomian. Tetapi juga berimbas pada dunia pendidikan.
Selama Pandemi Corona proses  pembelajaran tatap muka ditiadakan. Beberapa daerah masih melaksanakan pembelajaran dengan sistem berbasis Online (During). Hal ini menjadi tantangan bagi peserta didik serta pengajar yakni guru.
Sebagai penggiat pendidikan, guru berupaya keras untuk mensukseskan kegiatan belajar ditengah-tengah kondisi pandemi ini. Suasana yang biasanya guru dapat melihat langsung bagaimana peserta didik melakukan akktivitas belajar, kini harus berubah melihat peserta didik melalui layar kaca secara terbatas. Artinya, tidak secara utuh dapat meihat kondisi siswa baik dalam ranah belajar maupun perilaku siswa.
Terlepas dari bagaiamana kondisinya saat ini, tugas guru sebagai seorang pendidik tetap harus dilaksanakan. Memang jika dicermati, tugas dan peran seorang guru dalam menjadikan generasi-generasi terdidik dan berilmu pengetahuan cukup berat. Idealnya, peran guru harus berusaha menjadi teladan, membangun semangat, meberikan dukungan dan dorongan moral kepada anak didik.
Hal itu sejalan yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara; Guru memiliki tiga peran, yaitu di depan memberikan teladan (Ing ngarso sung tulodo), di tengah membangun kemauan dan semangat (Ing madyo mangun karso) dan di belakang memberikan dukungan (Tut wuri handayani).
*Ketegaran Guru Mendidik Siswa