Mohon tunggu...
syafruddin alfarisie
syafruddin alfarisie Mohon Tunggu... -

aneuk atjeh tulen tinggal di lhok bengkuang, tapaktuan, aceh selatan dikaki leuser dibibir samudra hindia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gak Perlu Sekolah atau Pendidikan Tinggi untuk Menyelamatkan Bumi

26 Mei 2011   13:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seperti setiap pagi nya, ku perhatikan lelaki setengah baya bertubuh kecil namun  berotot kuat dengan  , akrab dipanggil abah dengan kulit agak hitam legam akrab dipanggil abah mengasah mata parang dan mengikir mata gergajinya tampak jelas urat-urat mengelilingi lengan tangannya, sekali-kali asap mengepul dari mulutnya yang terselip sebatang rokok pucuk (daun nipah yang dikeringkan) yang terbakar pelan-pelan.

namun pagi ini tak kelihatan sosok abah yang biasa nya menghabiskan kopi pagi sambil duduk didepan batu asahannya yang dia pilih dari kali yang hulunya tak jauh dari palak (istilah lahan untuk berkebun) nya, hati ku bertanya kemana abah?apa suduh mudiak?(istilah naik kegunung atau kekebun) yah mungkin saja abah sudah mudik.

sudah tiga hari tiap pagi nya sosok abak tidak terlihat, hanya selembar handuk yang sudah kusam dan topi merah putih yang berlogo tut wuri handayani yang warna nya sudah coklat karena jam terbangnya sudah tinggi oleh noda getah pala nilam dan sebagainya.

kuhampiri rumah beliau yang ditumbuhi jahe dan serai wangi yang pengganti pagar mengelilingi rumahnya, kuketuk pintu hanya hening sesekali terdengar tetesan air pancuran bambu dari belakang rumah, kemana gerangan si abah?

tanpa dipersilahkan kuterobos pitu yang hanya diganjal dengan batu dari dalam, langkah pertama tertuju ke ruang kamarnya yang tak bersekat namun seketika langkah ku terhenti melewati tikar pandan diatasnya terbentang majalah yang mungkin sudah berulang-ulang kali dibaca, kubuka lipatan lembaran majalah yang bertema Global Warming.

lagi-lagi ku bertanya ada apa gerangan? kemana si abah?  kulihat kopi paginya masih hangat tinggal setengah.

hari ini ku habiskan waktu menunggu siabah kemana?ada apa gerangan?

sekitar 2 jam sudah kuhabiskan waktu dirumah abah sambil membaca majalah siaabh akhirnya tiba juga dengan sepeda ontel yang masih terawat lumayan unuik dengan spionnya dari motor astuti yang dia peroleh dari sisa bengkel seberang kampungnya.

si abah kali ini tidak lagi telanjang dada dengan celana lusuh yang bisa dibawa mudiak, namun si abah kelihatan lebih bersih dan berkarisma dengan baju koko dan peci yang hiyam yang sudah pudar, langsung ku sapa, "tumben ganteng banget bah, dari kondangan ni? tapi kok g bisanya dah 3 hari ni kondangan terus??

siabah tersenyum lalu mengeluarkan rokok pucuk dari kantongnya, dari Dinas perkebunan dan kehutanan jawab siabah. ngapain bah? tanyaku, serasa mengeluh si abah mengepulkan asap rokok pucuk nya dengan aroma khas kedepan muka ku dan berkata.. payah pejabat kita hanya bisa ngomong aja, itu coba kau baca yang dimajalah, dunia ini semakin panas, musim hujan tidak menentu, volusi dimana-mana.

lalu kenapa kek dengan pejabat dinas?? sudah beberapa kali aku kesana untuk bertanya kepada orang dinas yang gembar gembor untuk program menanam 1 milyar pohon, sementara bibit pala yang saya semai sudah ketanam semua, tapi buktinya 10 batang bibit  aja aku minta pohon mahoni jawabnya tidak bisa , malah katanya harus pakai permohonan dan proposal dulu bentuk kelompok, kalau aku mana bisa buat proposal?kalau diharap kelompk kapan terbentuk, kita tidak pernah dapat binaan! sementara yang menebang hutan dan mengambil kayu-kayu dari hutan kita hingga tidak ada lagi pohon-pohon tua seperti dulu tidak punya proposal dan aku tebang kayu buat pondok untuk dipalak malah ditangkap oleh polhut, bagaimana ini???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun