Mohon tunggu...
riza bahtiar
riza bahtiar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis artikel, esai, dan beberapa tulisan remeh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesawat di Kubah Mesjid

30 Desember 2023   22:13 Diperbarui: 30 Desember 2023   22:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Pataka Pesawat di Langgar Nurul Hikmah, Wayau (RB, 30/12/2023)
Foto: Pataka Pesawat di Langgar Nurul Hikmah, Wayau (RB, 30/12/2023)

Lima tahun silam, banyak media mewartakan tentang Nyak Sandang, seorang kakek dari daerah Aceh yang memiliki peran besar karena turut menyumbang dana dalam pembelian pesawat untuk negara RI yang baru saja berdiri pada periode revolusi kemerdekaan di masa silam. Karena jasa yang cukup besar ini, presiden RI Joko Widodo mengundang beliau berhadir ke Istana Negara. Sayang pada saat berhadir itu, penglihatan Nyak Sandang masih terganggu. Beberapa waktu setelahnya, mata beliau dioperasi dan disebutkan penglihatan Nyak Sandang sudah pulih.

Berbeda dengan Nyak Sandang yang berperan dalam pembelian pesawat terbang, di daerah Kalimantan Selatan, khususnya daerah Tabalong, pesawat terbang justru berada tepat di atas mesjid. 

Tentu saja, pesawat di atas mesjid ini bukan dalam arti lewat melintas, melainkan betul-betul harfiah. Memang ada pesawat di puncak kubah mesjid. Tapi, bukan pesawat yang besar, melainkan hanya miniaturnya saja.

Sampai penulis mengguratkan tulisan ini, beberapa mesjid masih mempertahankan ornamen pesawat ini. Namun, seiring dengan pembangunan ulang mesjid yang sering kali berupa perluasan, puncak kubah unik ini perlahan terhapus oleh zaman. Kubahnya sering kali dirombak total, entah diganti dengan kubah berupa lembaran seng polos yang dibentuk melingkar atau bisa pula dengan kubah berupa rangkaian geometris belah ketupat yang tersusun dari berbagai warna-warni.

Seperti mesjid Nurul Huda yang terdapat di desa Baganja, Puain Kiwa, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Pada 2018, mesjid ini mengalami perombakan besar. Untuk kepentingan pendanaan pembangunan mesjid ini, masyarakat biasa duduk di kursi yang disusun di pinggir jalan.

Beberapa kursi berjajar di pinggir jalan lazimnya menandakan bahwa mesjid ini masih membutuhkan sumbangan sukarela dari orang yang melintas. Meski hanya satu orang yang duduk di kursi sambil memegangi wadah penerima sumbangan, sering kali banyak jua orang yang memberikan sumbangannya.

Menariknya, satu ornamen kubahnya yang ikonik diletakkan di pinggir jalan akses ke mesjid tersebut. Pagi itu, penulis yang berniat mengulas tentang kubah ikonik ini mengajak seorang ibu sukarelawan untuk ngobrol. Tentu saja beliau masih tetap di pinggir jalan karena harus sigap mengambil uang sumbangan yang dijatuhkan para pelintas jalan.

Aisyah demikian nama beliau. Di kampung lebih dikenal dengan sebutan Mama Ila. Usianya lebih kurang 60 tahun (data tahun 2018). Ibu Aisyah bercerita bahwa orneman kubah yang di pucuknya terdapat pesawat terbang ini dulu disebut dengan pataka. 

Berbeda dengan zaman kiwari di mana lalu lintas jalan sudah padat dan aktivitas meminta sumbangan cukup di sekitaran mesjid, zaman dulu orang-orang kampung meminta sumbangan pembangunan mesjid dengan berkeliling kampung. Sebagai penanda permintaan sumbangan ini, pataka diletakkan di atas gerobak dan para sukarelawan lantas berkeliling kampung dengan mengarak gerobak tersebut.

Hemat penulis, boleh jadi etos revolusioner Aceh yang menyumbang pesawat dalam perjuangan kemerdekaan terefleksi dalam wujud pataka pesawat yang diarak warga kampung masa silam. Ornamen pesawat ini menariknya bisa berputar karena dibikin memiliki poros. Sangat mungkin bahwa sambil mengarak pataka di atas gerobak, para bocah yang ikut serta dengan riang gembira memutar-mutarkan pesawat pada pataka tersebut.

Pataka mesjid dengan ornamen pesawat sekitar lebih kurang sepuluh tahun silam, hampir merupakan hal yang umum di mesjid-mesjid maupun langgar di Tabalong. Namun, sekarang ornamen ini perlahan tergerus zaman. 

Terus terang, saat berada di daerah Jawa, penulis tidak menemukan ornamen ikonik macam ini. Bahkan di luar Tabalong, sependek pengetahuan penulis fenomena ini belum ditemukan.

Bukan hanya pesawat, ada juga pataka berbentuk panah. Pataka jenis ini terdapat di Langgar Darul Yaqin, di desa Garunggung, Pangi. Selain di Baganja, di Wayau juga terdapat pataka pesawat. Misalnya di langgar Nurul Hikmah, desa Wayau. Kemudian di Langgar daerah Wayau juga. Sayangnya, foto saya tak menangkap di sisi lain dari nama Langgar tersebut.

Sepintas bila orang melihat adanya ornamen pesawat terbang di atas mesjid atau pun langgar, mungkin keningnya akan berkerut. Kok ada miniatur pesawat terbang di atas tempat ibadat? Bahkan, satu waktu saat penulis mengambil gambar ornamen pesawat ini, beberapa warga yang melihat berderai tertawa. Di satu sisi, boleh jadi mereka menertawakan fenomena unik kenapa generasi dulu meletakkan pesawat di pataka. Di sisi lain jangan-jangan mereka merasa malu.

Pada tataran interpretatif, ornamen pesawat terbang di tempat ibadat bisa ditafsirkan sebagai kebijaksanaan lokal. Ia adalah perpaduan dari semangat modernitas dan sekaligus keagamaan. Betapa tidak, pesawat terbang adalah hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, namun ia menjelma menjadi miniatur ikonik yang diletakkan di atas tempat ibadat kaum muslim Banjar Tabalong. Ia mungkin saja merupakan gambaran semangat keagamaan yang hibrid di masa pasca-kolonial. Ia merupakan ikon modernitas, namun memiliki nuansa keagamaan dengan tafsiran lokal yang sukar dibantah.

Kaum romantis kebudayaan mungkin akan meratapi bakal hilangnya fenomena kebudayaan keagamaan ini. Namun, tidakkah kebudayaan memang selalu berubah? [ ]

Foto: RB (30/12/2023)
Foto: RB (30/12/2023)

Foto : RB (30/12/2023)
Foto : RB (30/12/2023)

Foto : RB (30/12/2023)
Foto : RB (30/12/2023)
Foto: Pesawat di atas Langgar di Wayau (RB, 30/12/2023)
Foto: Pesawat di atas Langgar di Wayau (RB, 30/12/2023)

Foto Pataka di Mesjid Nurul Huda, Baganja. Pataka dipensiunkan. (RB, 7/04/2018)
Foto Pataka di Mesjid Nurul Huda, Baganja. Pataka dipensiunkan. (RB, 7/04/2018)

Foto Mesjid Nurul Huda yang direnovasi (RB, 7/04/2018)
Foto Mesjid Nurul Huda yang direnovasi (RB, 7/04/2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun