Perbedaan metode yang dipakai untuk menentukan 1 Syawal 1444 Hijriah telah usai. Sejauh ini masyarakat menyikapinya dengan cukup bijak. Tak ada 'buntut' yang berkepanjangan mengenai hisab atau rukyat yang lebih sahih digunakan. Keduanya saling melengkapi dan mengoreksi.Â
Keriuhan lebaran telah 'menghapus' wacana, isu, kontroversi di atas. Soal tersebut menghilang dari obrolan publik. Magnet politik justru yang menarik perhatian publik sekarang. Terlebih setelah hak prerogatif penuh Megawati dipakai dengan segala argumentasi yang menguatkannya.
Beliau segera menunjuk Ganjar Pranowo, sebagai petugas partai, untuk maju sebagai calon presiden 2024. Peta politik Indonesia seketika itu berubah. Strategi, konsolidasi, lobi, serta manuver partai politik pengusung capres lain pun mendapatkan imbas dari manuver 'pemilik' partai moncong putih tersebut.Â
Momentum lebaran dipakai oleh para elit parpol untuk lobi-lobi politik dalam rangka mendapatkan pasangan ideal bagi capres yang telah digadang-gadang sebelumnya. Simpatisan, relawan dan kader parpol segera bekerja mengikuti arahan dan petunjuk para 'pemilik' partainya masing-masing. Analisis para pengamat politik beragam soal ini.Â
Demikian sekilas potret lebaran tahun ini dengan dinamikanya sendiri, sangat jauh berbeda problematikanya dengan dua lebaran sebelumnya. Â
Beradab dan Berkualitas
Jauh dari intrik politik, lebaran sejatinya adalah momentum untuk merayakan kebahagiaan bersama orang-orang tercinta; keluarga, sanak saudara, tetangga, teman, dan seterusnya. Menumpahkan kerinduan, kasih sayang, kegembiraan yang telah lama dipendam karena dipisahkan oleh jarak dan waktu. Tulus tanpa embel-embel apapun.Â
Lebaran yang diawali oleh rasa syukur, diiringi takbir, tahmid, dan tahlil. Dilanjutkan dengan salat id, sebagai simbol kepatuhan, kemudian saling memaafkan atas kekhilafan dan kesalahan yang disengaja atau tak disengaja. Berbesar hati dan berlapang dada melepas ego yang mengekang diri.
Merayakannya dengan penuh kesadaran dan kesederhanaan menjadikan lebaran lebih berarti dan berkualitas. Kue lebaran, ketupat, opor ayam, semur daging, dan sejumlah panganan khas lebaran yang berasal dari daerah masing-masing menambah kesempurnaan dan kesyahduan lebaran.Â
Diklat yang telah diikuti saat Ramadan, diterjemahkan dalam bentuk praktik di bulan Syawal dan sepuluh bulan berikutnya. Kuantitas dan kualitas ibadah yang telah diasah di bulan Ramadan, ditingkatkan di bulan Syawal. Itulah makna Syawal yang sesungguhnya sebagai bulan "peningkatan".Â