Mohon tunggu...
Iip Rifai
Iip Rifai Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Penulis Buku PERSOALAN KITA BELUM SELESAI!, 2021 | Pernah Belajar @Jurusan Islamic Philosophy ICAS-Paramadina, 2007 dan SPK VI CRCS UGM Yogyakarta, 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ihwal Pesmol Gurame, Jauh dari Perdebatan Sains antara Ilmuwan dan Budayawan

6 Juni 2020   14:18 Diperbarui: 6 Juni 2020   14:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumentasi Pribadi

Siang ini, barusan, saya makan siang (Sunda: ngawadang). Meski sakit gigi, sudah dua hari gusi saya bengkak karena gigi berlubang, tapi lumayan porsinya banyak. Pasalnya, menu makan siang kali ini adalah pesmol ikan gurame, bikinan istri. Ikan tawar adalah makanan favorit saya, sejak kecil.

Ikan apapun, mulai dari betik (betok), paray, bogo (ikan gabus), lele, nila, mujair, mas, tawes, termasuk gurame, dan sejenisnya. Gurame, bagi saya adalah ikan istimewa, selain dagingnya yang tebal dan berbobot,  teksturnya juga tebal, pula rasanya yang khas.

Sakit gigi, kali ini, serasa tak berarti (baca: tetiba sembuh), karena pesmol gurame tersebut. Tak biasanya, istri saya memasak ikan, sangat jarang sekali, biasanya didominasi mengolah ayam, baik digoreng, disayur, dibalado dan sejenisnya.

Soal pembagian tugas di dapur, saya mendapat mandat menggoreng ikan, percaya atau tidak, saya sejak SD sudah bisa, kata lain dari ' jago', urusan goreng menggoreng. Hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah sejak kecil saya sudah mencari ikan sendiri; memancing ikan-ikan kecil di kali depan rumah atau 'ngurek' belut di sawah yang berada di belakang rumah saya.

Jika beruntung mendapatkan ikan atau belut, ibu saya yang menyianginya (membersihkan), dan saya yang menggorengnya sendiri. Dari situlah, kecakapan goreng menggoreng saya terlatih dan teruji tentang bagaimana menyiasati minyak goreng yang muncrat ke atas, ke pinggir dan arah lainnya  'menyerang' pelaku gorengnya.

Setelah beres digoreng, pekerjaan selanjutnya; membumbui, mengolah agar menjadi pesmol adalah tugas istri saya. Tugas utama saya 'menggoreng' sudah selesai. Tak lama kemudian, kira-kira 20 menit-an, menu pesmol ikan gurame telah siap untuk disantap. 

Ditemani Si Kecil, kami bertiga akhirnya merayakan ritual siang; makan siang bersama dengan lahap dan bersemangat hingga lupa berapa piring kami 'nambah' nasi.

Sabtu siang yang menggairahkan di tengah kebijakan perpanjangan PSBB, menginjak new normal. Masih tetap di rumah; belajar, bekerja dan beribadah. Lawan Covid-19 dengan Pesmol Gurame!

Kota Serang
Sabtu Siang, 6/6/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun