"..dan berkatalah kepada orang-orang dengan perkataan yang baik," (al Baqarah: 83)
Apakah seorang anak yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin di sekolah menunjukkan bahwa  dia memang sulit untuk menjalani sebuah kehidupan yang berdisiplin, atau dari dalam dirinya lah sumber keinginan yang mendorongnya untuk melakukan pembangkangan atau pelanggaran?
Suatu pagi penjaga sekolah menghentikan langkah seorang anak murid di depan gerbang sekolah. Penjaga meminta anak itu menunggu kedatangan petugas dari guru untuk  mengizinkannya masuk ke area sekolah.
Petugas itu kita kenal dengan istilah guru BK atau guru yang menangani urusan disiplin dan kesiswaan, atau guru penegak disiplin sekolah dan siswa.
Beberapa menit kemudian petugas itupun datang, di depan gerbang bertambah jumlah anak yang datang terlambat, dan harus menunggu untuk mendapat izin dari guru. Pada beberapa kejadian, bahkan anak-anak yang terlambat lebih dari dua kali, tidak diperkenankan mengikuti pelajaran sekolah hari itu, hingga orangtuanya datang untuk menandatangani surat pernyataan.
Tentu itu adalah hukuman lanjutan yang menimpa anak dan juga orangtua. Anak mendapat surat peringatan, dan juga pasti omelan orangtua biasanya akan ia terima setelah itu. Â Sementara orangtua merasa malu datang ke sekolah karena itu berarti satu anggapan, orangtua kurang perhatian terhadap disiplin sekolah sang anak.
Apakah hukuman semacam itu melahirkan perubahan perilaku, yaitu perilaku anak yang tadinya sulit untuk datang ke sekolah tepat waktu, menjadi perilaku disiplin datang ke sekolah tepat waktu?
Beberapa kejadian mungkin akan membuat anak jera dan malu datang terlambat ke sekolah. Bisa jadi orangtua juga semakin memiliki perasaan negatif terhadap anaknya, dan atau merasa malu atas pemanggilan terhadapnya oleh pihak sekolah.
Guru dan orangtua barangkali memandang bahwa sebagian besar dari apa yang kita anggap disiplin - memukul, memarahi, memberikan sanksi, mempermalukan, akan membantu anak-anak menjadi orang yang bertanggung jawab dan disiplin. Â Orangtua menghukum supaya anak-anak belajar berperilaku.
Ketahuilah, bahwa  anak-anak belajar apa yang mereka jalani. Cara paling efektif untuk mengajar anak-anak adalah menjadi model kita, dan memperlakukan mereka seperti kita ingin mereka memperlakukan orang lain: dengan belas kasih dan pengertian. Ketika kita memukul, menghukum, atau berteriak, anak-anak belajar untuk bertindak agresif.
Bahkan 'timeout' - pengabaian simbolis -- seperti dikeluarkan dari kelas, memberi anak-anak pesan bahwa mereka sendirian dengan perasaan menakutkan mereka yang besar tepat ketika mereka sangat membutuhkan kita. Sebagai gantinya, guru bisa  menciptakan hubungan dan pola komunikasi dengan hangat, untuk membantu anak memproses perasaan yang menyebabkannya bertindak (melanggar). Â