Mohon tunggu...
Rahmat Syah
Rahmat Syah Mohon Tunggu... -

Kemampuan Komputer - Operating system (Microsoft Office 2010); - Adobe Photoshop; - Movie Maker & MP3; - Instalasi Komputer/Laptop dan permasalahan lainnya. Minat Baca – Tulis – Diskusi-Dengar; Futsal, Badminton; Photo editing; Advanture; PC Game Keunggulan Diri Komunikasi : Dapat berkomunikasi dengan baik, lisan maupun tulisan; terbiasa berkomunikasi efektif; Terbiasa menyampaikan informasi dengan tepat; memiliki kemampuan negosiasi yang baik. Kepemimpinan : Dapat memberikan motivasi dalam tim, memberikan anjuran dan instruksi kepada orang lain. Teamwork : Terbiasa bekerja dalam tim, baik konseptor maupun pelaksana. Lainnya: Dapat belajar dengan cepat dan dapat diposisikan dimana saja. Pengalaman Organisasi Forum Alumni SMAN 114 Jakarta sebagai Sekretaris 2010-2013 HMJ Pendidikan Luar Sekolah FIP UNJ sebagai Kepala Departemen PSDM 2008-2009 HMJ Pendidikan Luar Sekolah FIP UNJ sebagai staff Departemen PSDM 2010-2011 BBC English Student Club BBC Koja Jkt sebagai Ketua 2009-2010 Taekondo SMAN 114 Jakarta sebagai Wakil Ketua Angkatan 2008-2009 Rohis SMAN 114 Jakarta sebagai Sekretaris Umum 2007-2008 Pengalaman Kerja Tutor Bahasa Inggris junior BBC-Koja 2010 Riwayat Pelatihan Pelatihan SKPL Jakarta Rescue 2012 Pelatian Bahasa Inggris BBC 2009-2010 Workshop Tanggap Bencana-PLS 2010 Pelatihan SKPL Balakar 2010 Workshop Komputer Gunadarma 2009 Training To MPA PLS Commitee 2009 Workshop Arief Dahsyat :Motivasi diri 2008

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Pendidikan Karakter Sudah Ada di Televisi Anda?

22 Juni 2012   01:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Rahmat Syah

Setiap hari masyarakat Indonesia disuguhi acara televisi yang kurang mendidik dari berbagai macam stasiun televisi mulai dari acara sinetron, acara musik, hingga infotainment yang sarat dengan hiburan semata. Berbagai macam acara televisi hanya sedikit yang menawarkan informasi yang mendidik. Padahal di era informasi saat ini.  sangat memerlukan pengetahuan yang mendidik dan kreatif. Melalui televisi, sebenarnya pendidikan dapat tersalurkan dengan mudah namun, banyak stasiun televisi yang hanya mencari keuntungan semata. Beberapa dampak dari hal tersebut antara lain munculnya pola pikir yang konsumtif, hedonis, dan apatis. Sehingga masyarakat Indonesia yang terjebak dalam permainan industri pertelevisian.

Sejak ditemukannya televisi 90 tahun yang lalu kotak ajaib ini seakan-akan telah menghipnotis lebih dari 7 milyard penduduk bumi saat ini. Acara-acara di televisi dengan mudah mempengaruhi masyarakat dari berbagai kalangan. Tidak jarang banyak masyarakat yang begitu terlena dengan program-program di televisi karena kecerdikan pihak televisi untuk memberikan suguhan yang menarik kepada masyarakat.  Berbagai informasi mudah didapat dari televisi. Namun tak jarang informasi-informasi tersebut menyesatkan.

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki stasiun televisi swasta yang lumayan banyak. Stasiun televisi swasta tersebut berlomba-lomba menarik perhatian publik Indonesia dengan berbagai macam suguhan acara. Terkadang banyak acara yang dibuat hanya untuk hiburan semata tanpa ada makna yang bermanfaat.

Televisi sebenarnya bukan media elektronik untuk hiburan semata. Setiap harinya kita dapat menyaksikan berita-berita yang up-to-date melalui televisi. Melalui televisi juga pikiran kita diajak untuk melihat dunia. Dengan demikian, pendidikan informal dapat terjadi hanya dengan menonton televisi.

Upaya Pendidikan Karakter

Pemerintah Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia (TVRI) telah berupaya mengembangkan berbagai program yang mendidik. Namun, stasiun televisi milik pemerintah tersebut terkesan boring dan kalah pamor oleh stasiun televisi milik swasta yang menawarkan berbagai macam  acara menarik. Padahal pemerintah memiliki keinginan agar bangsa kita berpendidikan dan berkarakter melalui program pendidikan karakter. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan Karakter bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Saat ini Pendidikan Karakter dikelola oleh Timothy Wibowo dan rekan, beliau adalah konsultan pendidikan diberbagai sekolah di Indonesia. Pertanyaan besar saya adalah apakah program pendidikan karakter tersebut sudah memasuki ranah pendidikan Informal seperti televisi?  Dan apakah dengan program stasiun televisi Indonesia saat ini dapat membangun karakter bangsa yang arif dan bijak sana?

Pemerintah kita hanya berorientasi ke pendidikan formal saja dalam mencanangkan program pendidikan karakter. Memang tidak seperti membalikan telapak tangan untuk mengubah karakter bangsa yang kuat, arif dan bijak sana. Jika pemerintah kita jeli dan ingin mensukseskan program pendidikan karakter gunakanlah media televisi, karena dengan hal tersebut dapat memudahkan 275 juta penduduk Indonesia memperoleh pengetahuan dari pendidikan di televisi. Namun, pemerintah seperti menutup mata akan hal tersebut. Sepertinya stasiun-stasiun televisi swasta di negeri kita tidak diberi pedoman yang baik untuk memuluskan program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah tersebut.

Televisi dan Pendidikan Informal

Program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah jika dilakukan dalam ranah formal saja kurang efektif. Karena menurut Mark K. Smith pendidikan terjadi dimanapun kita berada. Pendidikan karakter sebenarnya dapat dimaksimalkan  di ranah pendidikan informal seperti televisi. Namun, pendidikan informal melalui siaran televisi sepertinya kurang terjamak oleh program pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah meskipun pemerintah telah berupaya melakukan penyuluhan-penyuluhan pendidikan karakter kepada masyarakat atau melalui sekolah formal yang telah memberikan arahan pendidikan karakter  kepada  orang tua murid.

Banyak masyarakat umum di Indonesia tidak mengetahui keberadaan program pendidikan berbasis karakter yang dicanangkan pemerintah. Bahkan, guru-guru saja masih ada yang kurang memahami konsep tersebut. Menurut Atun (48), Guru di SDN 05 Semper Barat banyak guru-guru yang belum memahami konsep pendidikan karakter di dalam silabus. Hal tersebut tentunya akan menghambat program pemerintah dalam membangun pendidikan berkarakter. Mungkinkah pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah akan merasuk melalui pendidikan informal?. Sejauh ini pemerintah telah menyediakan situs pendidikan karakter. Tetapi situs tersebut hanya diakses orang-orang tertentu saja. Salah satu jalan untuk mensukseskan pendidikan karakter saat ini adalah melalui jalur pendidikan informal atau lebih tajamnya lagi melalui media elektronik televisi.

Televisi merupakan media elektronik yang banyak dilihat masyarakat dari berbagai kalangan Dengan televisilah pendidikan karakter dapat ditanamkan. Coba kita ananalogikan berapa jumlah anak yang menonton acara kartun dipagi hari sebelum berangkat sekolah, tentu jumlahnya banyak. Alangkah bagusnya jika kartun anak tersebut memiliki muatan pendidikan di dalamnya.  Pada dasarnya televisi adalah salah satu sarana yang berbentuk media elektronik. Namun, keberadaanya perlu dipertimbangkan pemerintiah untuk menyiarkan dengan gencar program-program yang mendidik.

Puji Hadiyanti, dosen Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jakarta dalam perkuliahannya, mengatakan “pemerintah Indonesia gagal mengelola pendidikan informal secara global karena masih banyak masyarakat yang kurang mampu untuk mengembangkan kemampuan di

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun