Mohon tunggu...
Galih Andreanto
Galih Andreanto Mohon Tunggu... -

pejuang pemikir - pemikir pejuang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Percayakan Rakyat sebagai Investor Bangsa Sendiri

19 Desember 2014   20:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14189700111366612488

Siang itu, gerimis hujan dengan lembut menyambut kedatangan kami bertiga saat tiba di Rajamandala, Cianjur. Kedatangan kami jauh ke Cianjur bukan tanpa alasan. Kami sedang mengembangkan alat pompa air tanpa motor (tanpa bahan bakar dan tanpa lisrtrik)/ Self Force. Keistimewaan lainnya adalah mampu alirkan air ke atas daratan hingga ketinggian > 40-120 meter dengan minimal volume 3 liter per detik selama 24 jam mengalir tanpa henti.

Namanya Tatang Suherman, Ia adalah penemu sekaligus pencipta sistem pengairan melalui pompa yang ia sendiri beri nama "TASUMA". Nama alat terinspirasi dari nama penciptanya sendiri. Alat yang ia Ciptakan akan sangat bermanfaat bagi pengairan untuk lahan pertanian/sawah tadah hujan. Pria kelahiran 1934 ini mengungkapkan, bahwa hadirnya alat ini akan membuat aliran air sepanjang tahun tanpa bergantung dari air hujan. Sehingga diharapkan petani dapat panen hingga tiga kali setahun.

Sistem Pompa berasal dari sungai yang terus ada airnya (aliran air sepanjang tahun) lalu ada terminal air di bagian atas sungai. Sistem pengairan ini terdiri dari Alat Pompa; Perawatan; Pembangunan Pipa-pipa dan terminal air (sesuaikan kondisi lahan dan sungai serta kontur tanah); Supervisi; Konsultasi dan Control. Ke depan jika secara luas berjalan akan dikembangkan potensi alat ini untuk pengadaan listrik di kampung/desa serta penyediaan air bersih. Sekarang Terminal air telah dibangun. dan untuk permulaan akan dialirkan lebih luas kepada 10 hektar lahan sawah tadah hujan di Rajamandala, Cianjur.

Tidak perlu menunggu waktu terbangunnya waduk yang megah yang menguras anggaran. Tidak perlu pembangunan waduk yang berpotensi konflik karena pembebasan lahan yang berlarut-larut. Tentu alat ini tidak mengeksploitasi air tanah dan yang pasti sejalan dengan agenda kelestarian lingkungan dan kedaulatan pangan dan juga untuk kemandirian desa.

Harapannya dapat berperan bagi lahirnya desa berdaulat pangan di era pemerintahan Jokowi. Dan semoga sistem pompa air ini dapat ditangkap oleh pemerintah sebagai peluang membangun kedaulatan pangan. Andaikata pun tidak kami akan tetap mengusahakannya sendiri agar petani-petani yang kesulitan mendapat air akan mudah mengakses air sebagai sumber kehidupan. (GA)

lereng gunung
30/11/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun