[caption caption="Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge. (FOTO: GSMArena.com)"][/caption]
"BARANG siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia termasuk golongan orang-orang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin, ia termasuk golongan orang-orang merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, sungguh mereka merupakan orang-orang yang celaka."
Bukan, ini bukan khotbah Jumat. Lagipula sekarang masih hari Rabu. Petikan yang saya pakai sebagai pembuka di atas juga belakangan diduga bukan hadis sahih dari mulut Rasulullah Muhammad SAW. Sanadnya lemah, kata beberapa ahli. Meski demikian pesan yang disampaikan ucapan bijak tersebut sangat layak dijadikan pedoman bagi siapapun yang ingin hidupnya lebih baik dari hari ke hari.
Kata "siapapun" di sini tentu saja termasuk Kompasianer seperti saya dan teman-teman semua. Sebagai Kompasianer kita bertindak sebagai jurnalis warga yang menuliskan laporan-laporan atau tulisan lain mengenai tema tertentu, maka frasa "lebih baik" di sini mengacu pada kualitas tulisan kita. Tulisan yang akan dibaca oleh sesama Kompasianer dan seluruh pengunjung Kompasiana.
Siapa sih yang tidak ingin tulisannya dibaca banyak orang, lalu ramai diberi rating sehingga nongol di bagian Nilai Tertinggi? Siapa sih yang tidak ngiler melihat ramainya komentar di posting-posting yang masuk kategori Terpopuler? Ya setidak-tidaknya buah karya kita itu menarik perhatian admin sehingga diberi label Pilihan, syukur-syukur malah Headline. Iya kan?
Saya tentu saja mau begitu. Hal pertama yang saya lakukan setiap kali login ke Kompasiana adalah membuka menu Headline. Saya lihat judul dan tema apa saja yang menjadi pilihan redaksi, lalu membacai beberapa yang membuat saya tertarik.
Ini saya lakukan karena dua alasan. Pertama, ingin tahu ada topik menarik apa yang sedang hangat; kedua, sebagai materi pembelajaran agar saya juga bisa menghasilkan tulisan-tulisan keren nan bermanfaat sehingga mejeng di Headline. Akhir tahun lalu saya malah pernah menargetkan setiap tulisan saya setidak-tidaknya menjadi Pilihan. Bukan perkara ambisi, pengen disebut Kompasianer keren atau super, tapi lebih ke soal meningkatkan kualitas tulisan menjadi lebih baik.
Catat ya, kata kuncinya adalah lebih baik. :)
Peralatan Tempur Tak Memadai
Sayangnya, sebagai Kompasianer saya masih punya satu kekurangan: belum bisa menghasilkan gambar yang bagus. Karenanya seringkali saya lebih pede melampirkan foto-foto yang mencomot dari situs lain sebagai pengaya posting. Kalau lupa mencantumkan kredit, admin tanpa ampun bakal menghapus foto tersebut dan konten saya tanpa gambar. Nasib.
Di era sekarang, konten tak melulu berisi teks tulisan. Gambar juga diperlukan untuk memperkaya sebuah konten, bahkan fungsinya bisa lebih dari itu. Seringkali kita menangkap momen yang tidak bisa diungkapkan, dideskripsikan secara baik dengan kata-kata. Di sinilah foto mengambil peran penting untuk menyampaikannya secara lebih baik.
Itulah sebabnya ada ungkapan, satu gambar bisa bermakna seribu kata. Sayang, peralatan tempur saya untuk urusan menghasilkan gambar sangat tidak memadai. Boro-boro kamera DSLR, saya bahkan tak punya kamera digital alias kamera saku. Yang ada hanya kamera bawaan sebuah smartphone yang nasib perusahaan pembuatnya bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. (Nggak boleh sebut merek lain kan ya? Hehehe)