Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Sportif dan Berjiwa Ksatria dari Graham Arnold

16 Oktober 2024   05:25 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:44 4308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: via Optus Sport

Kondisi ini mengancam kelanjutan langkah Australia. Tim harus selekasnya berbenah agar dapat membalik momentum atau rekor lolos ke putaran final Piala Dunia secara beruntun sejak 2006 terhenti sampai di sini.

Arnold merasa dirinyalah yang gagal dalam mengemban tugas. Kesalahannya dalam merancang taktiklah yang membuat Australia hanya mampu memetik satu dari seharusnya enam poin di dua laga awal.

Tanpa banyak drama dan alasan, eks pemain yang pernah merumput di Eredivisie ini menggelar konferensi pers dan mengumumkan pengunduran diri. Pengabdiannya selama 6 tahun di timnas Australia harus diakhiri.

Ksatria yang Sportif

Apa yang dilakukan Arnold adalah sebuah aksi ksatria. Sebuah tindakan sportif yang memang selayaknya menjadi nafas seorang insan olahraga.

Sebagai pelatih, Arnold paham betul dialah orang yang bertanggung jawab atas performa timnas Australia. Baik-buruknya permainan The Socceroos seluruhnya berada dalam genggaman tangannya, di atas panggulan bahunya.

Maka ketika Australia mendapat hasil buruk, Arnold harus mau mengakui jika itu merupakan buah dari pemilihan pemain yang ia lakukan. Dari strategi yang ia terapkan sepanjang pertandingan.

Karena itu Arnold merasa tak perlu menyalahkan siapapun saat timnya kalah dari Bahrain. Sebaliknya, dengan besar hati Arnold menerima kekalahan. Mengakui jika penampilan timnya tidak seperti yang diharapkan, sehingga gagal meraih poin maksimal.

"Sebagai sebuah kesatuan, performa kami di bawah standar dan tidak ada keraguan tentang itu. Namun ini sepenuhnya tergantung pada bagaimana kami memberi respons secara mental,"ucap Arnold mengenai kekalahan dari Bahrain, seperti dikutip Optus Sport (10/9/2024).

"Kami harus segera melupakan pertandingan tersebut. Kami masih punya banyak pertandingan untuk dilakoni dan kami harus selalu bersikap positif, tahu bahwa kami pasti bisa bersikap demikian, juga menjadi lebih baik lagi. Itulah pesan utamanya," sambungnya.

Tidak ada komentar miring terhadap kepemimpinan wasit. Tidak pula menyudutkan pemain lawan yang bagi sebagian orang, terutama netizen Indonesia, terlalu banyak drama di atas lapangan. Apalagi beralasan cuaca terlalu dingin.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun