Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti The Next Muthia Datau di Sepak Bola Putri

23 September 2024   05:25 Diperbarui: 23 September 2024   05:33 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Claudia Scheunemann (9) melakukan selebrasi usai menjebol gawang Singapura pada laga persahabatan di Jakarta, 28/5/2024. FOTO: ANTARA FOTO/Rivan Awal 

Indonesia sempat punya liga wanita di masa lalu. Nama resminya Liga Sepak Bola Wanita atau lebih dikenal sebagai Galanita.

Ide penyelenggaraan Galanita lahir pada masa kepemimpinan Ali Sadikin yang menduduki kursi Ketua Umum PSSI pada 1977-1981. Ali juga yang lantas didapuk sebagai pengurus Galanita pertama.

Sejalan dengan itu, lahirlah klub-klub sepak bola wanita di berbagai daerah. Beberapa di antaranya Buana Putri Jakarta dan Putri Jaya dari Jakarta, Putri Priangan (Jawa Barat), Putri Pagilaran dan Putri Mojolaban dari Jawa Tengah, Putri Setia (Jawa Timur), Putri Mataram (Yogyakarta), hingga Putri Dafonso di Papua.

Selain Galanita, digelar pula berbagai turnamen. Misalnya Piala Kartini pada 1981 dan Invitasi Galanita memperebutkan Piala Ibu Tien Soeharto setahun berselang.

PSSI juga mendatangkan klub-klub wanita top Eropa sebagai lawan latih tanding klub Liganita. Tidak tanggung-tanggung, yang diundang adalah Stade de Reims dan Cirkeladies yang merupakan klub wanita terkuat Benua Biru pada masanya.

Sejak itulah sepak bola wanita berkembang dan digandrungi masyarakat. Masa-masa di mana Indonesia mempunyai timnas putra dan putri yang sama-sama dapat diandalkan.

Kiper Legendaris

Pada masa itu pulalah lahir seorang legenda bernama Muthia Datau. Ia adalah kiper Buana Putri yang juga andalan timnas putri di bawah mistar gawang.

Saya yakin generasi kiwari lebih mengenal perempuan yang biasa dipanggil Muti ini sebagai seorang aktris. Maklum saja, daftar film dan sinetron yang ia bintangi memang berderet-deret banyaknya.

Yang terbaru, Muthia memerankan tokoh Putri di sinetron Bidadari Surgamu yang tayang di SCTV. Lalu di sinetron Hidayah Cinta yang juga disiarkan stasiun TV sama, Muti menjadi dirinya sendiri.

Padahal di era '70 hingga '80-an, nama Muthi harum sebagai kiper favorit segala usia. Boleh dibilang dirinya adalah pesepak bola wanita terbaik sepanjang sejarah Indonesia.

Di level klub, Muthia menjuarai Invitasi Galanita bersama Buana Putri. Sedangkan di level timnas, ia menjadi tulang punggung dalam keberhasilan meraih medali perunggu Asian Women Football 1977 di Taiwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun