Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong Out atau Stay? Plus-Minus sang Pelatih Timnas

1 Februari 2024   17:06 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:07 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adaptasi dengan lingkungan di mana kita bekerja adalah sebuah keniscayaan. Namun Shin Tae-yong merasa tak perlu melakukan itu sekalipun sudah empat tahun di Indonesia.

Pernahkah STY bertemu dan berkumpul dengan pelatih klub Liga 1? Saya kok, tidak pernah mendengar beritanya. Yang ada justru kabar perseteruan dengan Thomas Doll.

Padahal ini semestinya sudah sejak lama Shin Tae-yong lakukan. Untuk sekadar menjalin komunikasi maupun bertukar pendapat. Bahkan seharusnya ia bisa menularkan ilmu pada para pelatih Liga 2 dan Liga 3.

Lalu, dalam empat tahun ini mengapa ia tak kunjung bisa berbahasa Indonesia? Sekalipun ada penerjemah, komunikasi langsung dengan pemain akan lebih mengena dan memberi efek berbeda.

Saya jadi ingin membandingkan STY dengan Ivan Kolev, yang hanya dalam setahun sudah bisa berkomunikasi lancar dalam bahasa Indonesia.

6. Selalu Banyak Alasan

Saya belum menemukan istilah yang tepat untuk poin satu ini. Yang jelas, Shin Tae-yong selalu saja punya alasan setiap kali timnya menelan kekalahan.

Alih-alih mengakui kekalahan tersebut sebagai kesalahannya dalam meramu taktik maupun menyusun starting line-up, STY justru lebih suka menuding pihak ataupun faktor lain sebagai penyebab.

Kita mulai dari kekalahan 1-5 di kandang Irak pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, November lalu. Ketika itu alasan STY adalah para pemain kelelahan usai menempuh perjalanan jauh.

Ketika ditahan imbang Filipina di partai kedua, alasan Shin Tae-yong para pemain tidak terbiasa bermain di lapangan dengan rumput sintetis. Karena itu permainannya buruk dan nyaris kalah.

Parade alasan terus berlanjut saat Indonesia keok dari Libya dan Iran di laga uji coba, awal Januari lalu. Dan terus berlanjut ketika turnamen digelar.

Saat kalah dari Irak, keputusan VAR yang dipersalahkan sebagai biang kekalahan. Di partai terakhir melawan Australia, gol bunuh diri Elkan Baggott yang jadi sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun