INDONESIA mengalahkan Vietnam di matchday kedua Grup D Piala Asia 2023, Jumat (19/1/2024) malam WIB. Hasil ini mengukuhkan satu rekor buruk bagi Philippe Troussier, yakni tidak pernah menang setiap kali berjumpa Indonesia!
Kita semua pasti masih mengingat perjumpaan Vietnam dengan Indonesia di semifinal SEA Games 2023 pada Mei tahun lalu. Sebuah pertandingan dramatis yang harus diselesaikan hingga babak ekstra.
Itu adalah turnamen perdana bagi Troussier setelah menggantikan Park Hang-seo pada Februari 2023. Sebelumnya ia hanya melatih tim Vietnam U-19 sejak 2019.Â
Namun kalau urusannya terkait Indonesia, laga semifinal SEA Games 2023 adalah yang kedua bagi Troussier. Hasilnya sudah sama-sama kita ketahui, yakni kemenangan heroik 3-2 bagi Rizky Ridho, dkk.
Ketika itu Indonesia U-23 melaju ke semifinal sebagai juara Grup A. Sedangkan Vietnam U-23 adalah runner-up Grup B, hanya kalah produktivitas gol dari Thailand yang berpoin sama.
Indonesia unggul terlebih dahulu melalui gol Komang Teguh di menit ke-9. Vietnam baru membalas pada menit ke-36 untuk mengakhiri babak pertama dengan skor 1-1.
Babak kedua baru berjalan delapan menit, Indonesia kembali unggul melalui Muhammad Ferrari. Lagi-lagi Vietnam lambat membalas, baru pada menit ke-79 mereka bisa menyamakan skor.
Karena hasil di waktu normal imbang 2-2, pertandingan berlanjut ke babak ekstra. Di sinilah Taufany Muslihuddin mencetak satu gol indah dari luar kotak penalti yang jadi penentu kemenangan.
Pertama di Asia
Kalau semifinal SEA Games 2023 adalah kali kedua Troussier bersua Indonesia, lalu yang pertama kapan? Mungkin ada yang bertanya begitu?
Jawabannya adalah 19 tahun sebelumnya. Momennya di ajang yang lebih prestisius lagi, yakni Piala Asia 2004.
Ketika itu Troussier merupakan pelatih Qatar, rival Indonesia di Grup A. Dua tim lain adalah tuan rumah Tiongkok dan Bahrain.
Partai perdana turnamen diwarnai kejutan. Tiongkok yang adalah kontestan Piala Dunia 2002 ditahan imbang Bahrain, tim dari pot 4 alias berperingkat paling rendah di grup.
Ternyata setelah itu Indonesia membuat kejutan tambahan. Masuk lapangan sebagai underdog, Tim Garuda menang tipis 2-1 lewat gol Budi Sudarsono dan tendangan jarak jauh nan indah dari Ponaryo Astaman.
Yang menonton langsung pertandingan tersebut pasti masih mengingat jelas bagaimana berkelasnya gol Ponaryo. Kala itu masuk nominasi gol terbaik turnamen.
Hasil ini mengguncang Qatar. Pasalnya, peringkat Indonesia lebih rendah. Lalu curriculum vitae pelatih Ivan Kolev juga kalah mentereng dari Troussier. Kalah jauh bahkan.
Bayangkan saja, Indonesia adalah timnas senior pertama yang ditangani Kolev. Sebelumnya ia hanya dipercaya melatih tim Bulgaria U-19 dan U-21, selain sederet klub lokal di negaranya ditambah Persija Jakarta.
Dengan demikian, Piala Asia 2004 juga adalah turnamen internasional pertama dalam karier Kolev. Kalau ada istilah pelatih debutan, maka dialah orangnya.
Pelatih Level Dunia
Mari bandingkan dengan rekam jejak Troussier yang membentang sepanjang benua Afrika ke Asia. Dan ini hanya membandingkan di level timnas, tidak termasuk klub.
Troussier adalah pelatih yang meloloskan Nigeria ke Piala Dunia 1998. Meski kemudian didepak oleh federasi sepakbola Nigeria yang lebih mempercayai Bora Milutinovic untuk memimpin tim di putaran final.
Kesuksesan itu membuat Burkina Faso menggaet Troussier jelang Piala Afrika 1998. Tangan dingin pria Prancis ini membawa Burkina Faso sebagai kejutan dengan melaju hingga semifinal.
Dasar rejeki, Troussier tetap saja tampil di Piala Dunia 1998 yang digelar di negeri asalnya. Ia datang sebagai pelatih baru Afrika Selatan.
Selepas itu Troussier berkarya di Jepang yang menjadi era terbaik dalam kariernya. Samurai Biru ia bawa menjuarai Piala Asia 2000 dan membuatnya diganjar anugerah Pelatih Terbaik Asia tahun itu.
Setahun berselang, Jepang melaju jauh hingga partai final Piala Konfederasi 2001. Sayang, Nakata Hidetoshi, cs. kalah tipis 0-1 dari Prancis di laga pamungkas.
Troussier pulalah otak di balik kesuksesan Jepang di Piala Dunia 2002. Dibawanya Samurai Biru melaju hingga 16 besar, prestasi tertinggi yang belum pernah diulangi lagi hingga kini.
Pendek kata, Troussier adalah pelatih level dunia. Maka, kekalahan Qatar dari Indonesia yang ditangani pelatih ecek-ecek tidak bisa diterima oleh petinggi federasi (QFA).
Troussier dipecat tepat setelah Qatar kalah dari Indonesia!
Bersua Lagi
Siapa sangka Troussier berjumpa lagi dengan Indonesia di Piala Asia. Kali ini bersama Vietnam, tim yang di level senior tidak bisa dikalahkan oleh Shin Tae-yong.
Menilik pada permainan Vietnam kala melawan Jepang, lalu dibandingkan dengan permainan Indonesia ketika kalah dari Iraq, tampak jelas tim asuhan Troussier bermain lebih rapi dan lebih disiplin. Malah bisa menjebol gawang Zion Suzuki dua kali pula.
Maka, jangan heran kalau Vietnam menjadi favorit di matchday kedua Grup D melawan Indonesia tadi malam. Hanya sedikit saja yang percaya Indonesia bakal bisa mengalahkan Vietnam.
Permainan tebak hasil di aplikasi AFC Live bisa jadi contoh. Nyaris 90% penggunanya menjagokan Vietnam, berbanding tak sampai 10% yang memilih Indonesia.
Jujur saja, saya pribadi sempat agak ragu Indonesia bisa menang. Saya biarkan pilihan pada aplikasi AFC Live kosong. Baru memilih beberapa saat menjelang kick-off.
Ternyata Asnawi Mangkualam, dkk. menunjukkan penampilan luar biasa. Sejak menit awal mereka menekan lawan, bahkan Rafael Struick sudah mengetes kiper Filip Nguyen pada detik ke-30.
Sempat deg-degan ketika para pemain tak kunjung mampu mengamankan skor dengan gol kedua. Namun ternyata tuah Indonesia masih terlalu sakti bagi Troussier.
Alhasil, inilah kekalahan ketiga Troussier dari Indonesia. Rinciannya, dua kali di Piala Asia dan sekali di SEA Games.
Akankah ada kekalahan keempat bagi Troussier, yakni ketika Vietnam kita jamu dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Maret nanti? Semoga saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H