Sikap ini merupakan buah kekesalan suporter Persip atas hasil pertandingan pertama Babak 12 Besar. Yakni laga melawan PSIP di Stadion Mochtar, akhir November lalu.
Ketika itu pertandingan berakhir imbang 1-1. Namun sebetulnya Persip mencetak gol kedua di akhir pertandingan melalui sundulan Haezel.
Malangnya, gol tersebut dianulir wasit karena hakim garis menganggap Haezel berada dalam posisi offside. Padahal eks pemain Belitung FC itu datang dari belakang dan bola berasal dari lemparan ke dalam.
Lalu terjadi beberapa insiden yang merugikan Persip, tetapi tidak dihiraukan wasit. Salah satunya ketika pemain Persip dijatuhkan di dalam kotak penalti PSIP.
Buntutnya, suporter Persip menuduh PSIP dibantu wasit. Ada pula disinggung-singgung nama BS, sosok yang dikenal luas sebagai mafia sepakbola.
Suporter PSIP tentu saja tak terima dengan tuduhan tersebut. Ketika kemudian Persip keok di kandang Persiku, bahkan tampak bermain tanpa semangat sama sekali, ganti suporter PSIP yang melempar tuduhan ada main mata.
Terlepas dari semua itu, partai Persiku vs Persip sore tadi memang sangat rawan menimbulkan kesalahpahaman. Ini jenis-jenis pertandingan yang berpeluang melahirkan tuduhan miring.
Persip berada dalam dilema. Menang atau menahan imbang Persiku dianggap membantu PSIP. Sebaliknya, kalah pun tetap kena tuduhan sengaja mengalah demi membantu Persiku.
Namun bukan sikap bijak jika manajemen maupun suporter PSIP bermain-main dengan isu tersebut. Lebih baik melakukan introspeksi sekaligus mengevalusi diri agar tahun depan kembali lebih kuat lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H