Jika menilik catatan partisipasi Indonesia di Asian Games, raihan tertinggi adalah medali perunggu di Tokyo pada 1958. Prestasi yang sudah berlalu sangat lama sekali, tepatnya 65 tahun lalu.
Sebagai gambaran betapa lamanya waktu yang telah berlalu, ketika itu Israel masih menjadi bagian sepakbola Asia. Malaysia masih bernama Malaya yang hanya terdiri dari kawasan semenanjung minus Sabah-Sarawak, sedangkan Myanmar masih bernama Burma.
Lalu pelatih maupun anggota skuat timnas peraih medali perunggu kala itu juga sudah berpulang. Tak ada lagi pelaku torehan bersejarah bagi sepakbola Indonesia tersebut yang tersisa.
Mundur satu edisi ke belakang, capaian Indonesia yang sedikit lebih rendah adalah menjadi semifinalis pada Asian Games 1954 di Manila. Sayang, di partai semifinal Tim Garuda kalah dari Republik Tiongkok (kini jadi Chinese Taipei atau Taiwan), lalu pada perebutan tempat ketiga kalah dari Burma.
Empat tahun berselang, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Namun alih-alih meraih sukses di kandang sendiri, timnas justru mentok di fase grup karena menjadi juru kunci klasemen akhir.
Indonesia baru bisa mencapai semifinal lagi pada Asian Games 1986 di Seoul. Namun timnas kalah dari tuan rumah dengan skor telak 0-4. Kemudian dalam perebutan medali perunggu kalah 0-5 dari Kuwait.
Setelah itu, Indonesia tak pernah lagi masuk empat besar Asian Games. Terus melorot dan perlahan-lahan menghilang, terutama ketika cabor sepakbola tak lagi boleh menurunkan tim senior.
Selangkah Lebih Baik
Pada era ketika cabor sepakbola Asian Games mempertandingkam tim U-23, yakni sejak Asian Games 2002 di Busan, prestasi terbaik Indonesia hanyalah mencapai 16 besar.
Menariknya, capaian tersebut diperoleh secara berturut-turut pada dua edisi terakhir. Yakni Asian Games 2018 pada saat bertindak sebagai tuan rumah dan Asian Games 2014 di Incheon.
Pada 2014, Indonesia lolos ke 16 besar selaku runner-up Grup E di bawah Thailand. Lawan di fase gugur adalah Korea Utara yang menjuarai Grup F.