Bayangkan saja, liga domestik Curacao hanya beranggotakan 10 klub. Itupun seluruhnya berstatus semiprofesional. Kalau sekadar bersaing di level Karibia (CFU) mungkin masih bisa, tetapi tidak di level CONCACAF.
Itulah sebabnya proyek 'naturalisasi' pemain dilakukan FFK. Patrick Kluivert yang menangani timnas Curacao pada 2015-2016 disebut-sebut sebagai sosok yang aktif menggaet pemain-pemain dari Belanda.
Oya, saya sengaja memberi tanda kutip pada kata naturalisasi di atas. Sebab, perpindahan para pemain kelahiran Belanda ke timnas Curacao tidak melalui proses administrasi pindah negara. Curacao adalah negara konstituen Kerajaan Belanda, jadi warga negara Curacao berpaspor Belanda.
Rata-rata pemain yang memperkuat timnas Curacao saat ini, pernah membela Belanda di level junior. Sebut saja Leandro Bacuna dan Rangelo Janga sebagai contoh.
Kiper gaek Eloy Room yang tidak dibawa Bicentini ke Indonesia pernah punya cerita soal ini. Katanya, seperti saya baca di Goal.com, setiap pemain keturunan Curacao di Belanda pasti punya keinginan bermain untuk timnas Belanda.
Room sendiri sempat berada sangat dekat dengan kemungkinan membela timnas Belanda. Namun dia harus berpikir realistis karena saingannya di masa itu adalah Tim Krul dan Jasper Cilessen. Itu sebab Room lantas ganti membela tanah leluhurnya, Curacao.
Naturalisasi a la Curacao
Sama-sama melakukan naturalisasi pemain, bahkan PSSI lebih dulu melakukannya sejak 2010, kenapa prestasi Indonesia tidak secemerlang Curacao?
Maaf-maaf kata, di Indonesia proyek naturalisasi pemain sepenglihatan saya banyak yang ditunggangi kepentingan selain timnas. Dari niat awal memperkuat timnas, berubah menjadi akal bulus segelintir oknum untuk mengakali regulasi liga.
Aturan pembatasan pemain asing, misalnya. Demi tetap dapat memakai pemain asing tetapi kuota pemain asing yang dimiliki klub sudah habis, maka si pemain lantas dinaturalisasi.
Memang sulit mencari bukti atas dugaan ini. Namun setidaknya kita semua layak merasa curiga, sebab umur pemain yang dinaturalisasi seringkali bikin dahi berkerut dalam.
Kalau niatnya memang untuk kebutuhan jangka panjang timas, mengapa menaturalisasi pemain yang sudah melewati usia produktif? Pemain yang malah sudah bisa dibilang habis untuk level internasional.