Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

YNWA: Yang Nangis Warga Anfield

30 Oktober 2022   20:43 Diperbarui: 31 Oktober 2022   13:17 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juergen Klopp (belakang) memeluk Fabio Carvalho (depan) seusai laga penutup pekan kedua Liga Inggris 2022-2023 yang mempertemukan Liverpool vs Crystal Palace di Stadion Anfield, Selasa (16/8/2022) dini hari WIB. Terkini, Liverpool asuhan Juergen Klopp takluk 1-2 dari Leeds United pada pekan ke-14 Liga Inggris, Minggu (30/10/2022) dini hari WIB.(AFP/CLIVE BRUNSKILL via kompas.com)

Pekan lalu, tim asuhan Jurgen Klopp sudah keok terlebih dulu di kandang Nottingham Forest. Hasil yang juga mengejutkan sebab diperoleh tepat setelah kemenangan 7-1 atas Glasgow Rangers di Liga Champions.

Darwin Nunez dan pemain Liverpool lain tertunduk lesu usai kalah dari Leeds United di Anfield, Minggu (39/10/2022) lalu. FOTO: AFP
Darwin Nunez dan pemain Liverpool lain tertunduk lesu usai kalah dari Leeds United di Anfield, Minggu (39/10/2022) lalu. FOTO: AFP

Jika kekalahan dari Forest memperpanjang rekor 38 tahun lemahnya Liverpool di The City Ground, hasil melawan Leeds semalam justru memecah rekor baru. Ya, kemenangan tersebut jadi kali pertama The Whites menang di Anfield dalam 21 tahun terakhir.

Warga Anfield wajar saja menangis. Dengan penampilan angin-anginan yang mereka tunjukkan, Liverpool tercecer di peringkat ke-9 klasemen sementara EPL. Bukan posisi ideal dalam persaingan memperebutkan gelar juara.

Liverpool berada tepat di bawah Brighton and Hove Albion, tim yang musim lalu mengakhiri kompetisi di peringkat ke-9. The Reds hanya unggul produktivitas gol dari Crystal Palace yang berposisi di bawahnya.

Dari potensi maksimal 36 poin, Liverpool hanya bisa mengoleksi 16 poin dari 12 pertandingan. Berjarak 13 angka dari Man. City yang sementara ini menghuni pucuk klasemen.

Hasil pertandingan dalam 12 pekan tersebut mengesankan Liverpool sebagai tim medioker, sudah tidak pantas lagi menyandang status tim pesaing juara. Sebab terbagi rata menjadi 4 kali menang, 4 kali imbang dan 4 kali kalah.

Entahlah, apa yang terjadi dengan Liverpool saat ini. Sebagai penggemar, saya hanya bisa menduga-duga seraya mengelus dada dan geleng-geleng kepala.

Apakah kegagalan tragis dari Man. City dalam perebutan gelar juara musim lalu menghantam mental dan psikologis para pemain dengan sangat keras? Atau hanya sesimpel taktik Klopp sudah begitu mudah ditebak dan ditangkal oleh manajer Premier League lain? Atau memang siklus Klopp itu memang nyata adanya?

Sejak beberapa waktu lalu, dalam kolom komentar di tulisan rekan-rekan Kompasianer lain, saya sudah duluan lampar handuk. Saya sudah rela jika musim ini Liverpool lagi-lagi gagal meraih gelar juara liga.

Namun, please-lah Herr Klopp, setidaknya jangan sampai terlempar dari posisi empat besar. Amit-amit, deh, kalau musim depan absen dari Liga Champions seperti si merah dari kota sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun