Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Wong Ndesa Rejeki Kutha" berkat Koneksi Internet IndiHome

17 Juli 2022   13:12 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:15 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut kamar yang menjadi ruang kerja saya selama ini. Cuma ada laptop, speaker, headset, juga modem IndiHome. FOTO: Dokumentasi pribadi

MASIH ingat ungkapan "rai ndesa rejeki kutha" yang dipopularkan Tukul Arwana? Saya memodifikasi kalimat ini menjadi "wong ndesa rejeki kutha". Ya, saya memang tinggal di desa, tetapi sumber rezeki saya malah berasal dari kota-kota nan jauh. Bahkan dari luar negeri. Semua mungkin terjadi berkat koneksi internet dari IndiHome.

Saya tinggal di sebuah desa kecil di Pemalang. Kabupaten di pantai utara Jawa Tengah ini sering keliru dianggap sebagai Malang, Jawa Timur. Kabupaten yang selalu luput dari pengamatan pengguna jalur Pantura karena kondisinya yang sangat jomplang dengan dua daerah lain di kedua sisinya: Pekalongan dan Tegal.

Bukan keputusan mudah bagi saya untuk meninggalkan Yogyakarta dan menetap di Pemalang. Namun keinginan untuk dekat dengan anak yang baru lahir pada medio 2010, serta istri yang masih terikat kontrak mengajar di dua SD Negeri, membuat saya mengalah.

Toh, sepanjang ada aliran listrik dan koneksi internet, situs jual-beli uang lama yang saya rintis sewaktu di Jogja, juga pekerjaan sambilan sebagai penulis lepas (content writer) pada satu portal, tetap dapat berjalan lancar di mana saja berada.

Sayangnya, ternyata saya salah duga. Mulanya, saya berpikir bakal mudah terkoneksi dengan internet selama di Pemalang. Sebab saya membekal modem HSDPA, perangkat kerja andalan selama di Jogja. Ternyata tidak semudah itu, Ferguso.

Modem boleh punya, tetapi sinyalnya yang tak ada! Saya sudah gonta-ganti provider, tetap saja tidak ada yang nyantol.

Alangkah herannya saya saat itu, padahal desa ini hanya berjarak 5,5 km dari pusat kota. Semestinya paling tidak koneksi internet salah satu provider bisa sampai kemari, sekalipun cuma jaringan EDGE satu bar. Namun nyatanya tidak.

Walhasil, kepada warnetlah saya bersandar. Padahal sewaktu di Jogja saya sudah tidak pernah lagi menginjakkan kaki di warnet sejak medio 2008. Tepatnya setelah punya modem sendiri dan berlangganan paket internet bulanan dari salah provider.

Situs jual-beli uang lama yang saya rintis semasa di Jogja. Kini sudah beralih fungsi jadi blog hobiis numismatik. GAMBAR: Screenshot dari WebArchive
Situs jual-beli uang lama yang saya rintis semasa di Jogja. Kini sudah beralih fungsi jadi blog hobiis numismatik. GAMBAR: Screenshot dari WebArchive

Musti Terus Online

Begitulah. Satu-dua kali dalam sepekan saya nongkrong di warnet. Berbekal flashdisk berisi artikel atau foto untuk memperbarui situs jual-beli uang lama yang saya kelola. Juga naskah tulisan untuk dikirim ke editor situs tempat saya mengisi konten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun