Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menimbang Ulang Wacana Indonesia Keluar dari AFF/AFC

17 Juli 2022   10:18 Diperbarui: 18 Juli 2022   08:54 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas U19 Indonesia bersedih saat gagal lolos dari fase grup Piala AFF U19 2022| Foto: Akun resmi PSSI

USAI tersingkir secara menyakitkan dari Piala AFF U19 2022, di media sosial ramai suara-suara yang memberi usul agar PSSI keluar dari Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF). Sebuah usulan baru yang sebetulnya sudah berdengung sejak lama.

Wacana pindah konfederasi pernah mengemuka beberapa tahun lalu. Bukan lagi keluar dari AFF, melainkan dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Salah satu pemrakarsanya adalah Timo Scheunemann yang mengusulkan agar PSSI ke Oseania (OFC).

Buah pikiran pria yang akrab disapa Coach Timo ini masih dapat dibaca pada kolom detikSport berikut. Seingat saya, semoga tidak salah, Coach Timo juga pernah menyampaikan idenya ini secara terbuka dalam satu siaran langsung pertandingan sepak bola.

Sandaran argumentasi Coach Timo menurut saya terhitung logis. OFC hanya beranggotakan 13 federasi, di mana dua di antaranya (Kiribati dan Tuvalu) belum berstatus full member karena belum terafiliasi dengan FIFA.

Dari 13 federasi tersebut, rasa-rasanya saingan terkuat Indonesia hanyalah Selandia Baru. Artinya, peluang Indonesia untuk tampil di level dunia jadi lebih besar. Kalaupun belum mampu ke putaran final Piala Dunia, setidaknya bendera merah putih bisa berkibar di Piala Konfederasi.

Ini seperti yang terjadi pada Tahiti. Negara pasifik satu itu mendapat berkah saat Selandia Baru menurunkan tim junior pada final OFC Nations Cup 2012. Alhasil, Tahiti keluar sebagai juara dan mewakili OFC di Piala Konfederasi 2013.

Memang Tahiti kemudian babak belur di ajang yang mempertemukan juara enam konfederasi dunia tersebut. Setelah kalah 1-6 dari Nigeria di partai pertama fase grup, Tahiti dua kali berturut-turut dibantai Spanyol (0-10) dan Uruguay (0-8).

Andai kelak betulan pindah ke OFC dan tampil di Piala Konfederasi, saya yakin Indonesia tidak akan sehancur itu. Toh, meski hasil yang diterima kalah melulu pun, bertanding melawan tim-tim kuat dunia adalah satu pengalaman sangat berharga bagi para pemain.

Menghitung Peluang

Sewaktu usulan tersebut dilempar Coach Timo, jatah AFC di Piala Dunia masih 4,5 sedangkan OFC 0,5. Setengahnya lagi bermakna akan ada tim yang masih harus menjalani pertandingan play-off dengan kontestan dari konfederasi lain. Biasanya tim dari Conmebol atau Concacaf.

Anggota AFC ada 46, dikurangi Kepulauan Mariana Utara yang bukan anggota FIFA. Dengan jatah 4,5 dari FIFA pada saat itu, artinya persentase negara-negara Asia untuk tampil di putaran final Piala Dunia hanyalah 9,78%. Kecil sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun