MASIH ingat Janny Sikazwe? Ya, wasit yang membuat geger pagelaran Piala Afrika 2022 lalu. Di mana saat memimpin partai Tunisia vs Mali, wasit ini mengakhiri pertandingan sebelum menit ke-90.
Lebih nyelenehnya lagi, wasit asal Zimbabwe tersebut dua kali meniup peluit panjang. Yang pertama pada menit ke-85, tetapi sepertinya langsung disadari sehingga cepat-cepat dikoreksi. Pertandingan pun berlanjut lagi.
Namun usai mengecek layar VAR atas keputusannya memberi kartu merah pada bek Mali, El Bilal Toure, Sikazwe kembali meniup peluit panjang. Padahal waktu itu waktu normal baru menunjukkan menit ke-89 lebih 42 detik.
Terang saja para pemain dan ofisial Tunisia protes keras. Sikazwe bersikap sama keras, sehingga keputusannya tetap. Kontroversi pun mencuat jadi berita panas kala itu.
Nah, yang akan kita bahas kali ini adalah kisah kontroversi tanpa ujung. Meski kejadiannya telah berlalu puluhan tahun yang lalu, tepatnya 36 tahun, tetapi kasus ini tetap saja hangat diperbincangkan hingga zaman kiwari.
Entah kebetulan atau tidak, kontroversi legendaris ini melibatkan seseorang dari Tunisia. Plus, dua raksasa sepak bola dunia yang merupakan musuh bebuyutan: Argentina dan Inggris.
Musuh Abadi
Permusuhan antara kedua kubu telah dimulai pada Piala Dunia 1966. Ketika itu wasit terpaksa mengusir kapten Argentina, Antonio Ubaldo Rattin, dari lapangan akibat begitu panasnya tensi pertandingan.
Perseteruan melebar ke zona politik setelah rezim yang berkuasa di Argentina menyerang Kepulauan Falkland pada 1982. Padahal kepulauan tersebut saat itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Britania Raya, entitas di mana Inggris menjadi pilar utamanya.
Pecah perang hebat yang pada akhirnya dimenangkan oleh Kerajaan Britania Raya.
Tahun 1986, atau hanya empat tahun setelah Perang Falkand, takdir mempertemukan Argentina dan Inggris di babak perempatfinal Piala Dunia 1986. Tepatnya pada 22 Juni 1986 alias hari ini 36 tahun lalu.