Ya, saya menggunakan frasa "bersaing mendapatkan" alih-alih "mengamankan". Sebab, andai menang atas Nepal dan mengumpulkan poin akhir 6 sekali pun, Indonesia tidak dapat serta-merta menduduki posisi runner-up Grup A. Kita masih harus memasukkan hasil pertandingan Yordania vs Kuwait ke dalam hitung-hitungan.
Sambil mengalahkan Nepal, para pemain timnas harus senantiasa berdoa agar Yordania tetap tampil maksimal dan mengejar tambahan poin dari Kuwait. Kita juga musti berdoa semoga saja para pemain Yordania tidak merasa aman dengan 6 poin yang telah mereka kumpulkan, sehingga masih mau berjuang keras menambah poin.
Jika ini yang terjadi, yakni Yordania menang atau setidak-tidaknya imbang melawan Kuwait, posisi runner-up Grup A jadi milik Indonesia. Mau tidak mau Kuwait harus rela berada di posisi ketiga karena hanya akan mengoleksi maksimal 4 poin.
Masalahnya, Kuwait pasti bakal mengejar kemenangan. Mereka tentu akan bertanding mati-matian pula untuk menjaga asa negaranya.
Saya yakin sekali Vtzslav Lavika selaku pelatih Kuwait sangat paham, menang tipis 1-0 atas Yordania tidak akan cukup bagi tim asuhannya untuk ke Piala Asia 2023. Maka, dia pastilah menginstruksikan kepada para pemainnya untuk mencetak gol banyak-banyak ke gawang Yordania. Sekali pun margin kemenangan tetap tipis, produktivitas gol apik akan sangat membantu mereka.
Pikiran Buruk
Jujur saja, diam-diam saya bahkan sempat berpikiran buruk, lo.
Bagaimana kalau sampai Kuwait mengajak Yordania bermain mata dengan menggunakan sentimen sesama Arab? Bagaimana jika main mata itu terjadi dan Yordania bersedia mengalah dengan skor 1-2 atau 2-3 atau 3-4, dst?
Pikiran buruk saya bukannya tanpa alasan. Sebab satu-satunya kemungkinan yang bakal menutup peluang Indonesia menjadi runner-up Grup A adalah Kuwait mengalahkan Yordania dengan skor selain 1-0.
Ya itu tadi, skor 1-2 atau 2-3 atau 3-4, dst. Jika skor tersebut benar-benar tercipta, meski sama-sama memiliki 6 poin, Indonesia hanya akan menempati urutan ketiga di grup karena kalah produktivitas gol dari Kuwait dan Yordania.
Sebagai pembanding, coba ingat-ingat lagi konstelasi persaingan di Grup C Euro 2004. Di mana Italia harus tersingkir dini dari turnamen meski meraup 5 poin dalam tiga pertandingan.
Kala itu sebagian pemain Italia menuding Swedia dan Denmark bermain mata di pertandingan pamungkas. Pasalnya, Gli Azzuri hanya kalah dalam hal produktivitas gol dalam klasemen head-to-head dengan dua negara Skandinavia tersebut.