Matahari sudah mendekati peraduannya pada hari Rabu, 31 Januari 2018, ketika sebuah sepeda motor masuk ke halaman. Dari dua wadah besar di kiri-kanan jok belakang, saya tahu kalau itu kurir ekspedisi. Tapi bukan wajah-wajah kurir yang biasa datang mengantarkan paket-paket untuk saya.
Mengenakan jaket dan helm sama merah, kurir tersebut turun dari sepeda motornya. Ia mengambil satu bungkusan dari wadah besar di samping jok belakang, kemudian menghampiri saya.
"Pak Eko Nurhuda?" tanyanya dengan mimik agak bingung.
Melihat wajah kurir tersebut saya spontan teringat pada sosok Abhie Cancer saat memerankan Wiro Sableng, si Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, di layar kaca RCTI dahulu kala.
"Iya, saya sendiri," jawab saya. Sekilas saya baca tulisan "J&T Express" di bagian depan helm yang ia kenakan.
Kurir tersebut kemudian mengeluarkan gawainya dari kantong kemeja. Entah apa yang ia buka di sana, yang jelas ia seperti sedang menyorot bagian tertentu dari paket di tangannya dengan kamera hape. Setelahnya paket itu disodorkan ke saya sembari tersenyum.
"Paket dari Jakarta, Pak." ujarnya, lantas langsung berpamitan.
"Wah, terima kasih banyak ya," saya menjawab sembari sedikit bingung. Sebab paket diberikan begitu saja. Biasanya saya musti menandatangani salinan resi. Pernah pula ada kurir yang sudahlah meminta tanda tangan, juga memfoto saya. Ini kok langsung main tinggal saja gimana ceritanya?
"Eh, Mas, ini saya nggak perlu tanda tangan apa-apa?" setengah berseru saya bertanya pada kurir yang sudah memutar kepala sepeda motornya.
"Nggak perlu, Pak. Sudah dicatat sistem," jawabnya, dan kembali berpamitan.
Sembari menatap kepergian Mas Kurir J&T tersebut saya rogoh saku celana, mengambil gawai. Begitu saya buka, di monitor tertera notifikasi dari Bukalapak: "Sistem kami mencatat paket sudah diterima. Segera konfirmasi penerimaan barang."