Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama FEATURED

Mari Rayakan Hari Musik dengan Memakmurkan Musisi

10 Maret 2019   03:33 Diperbarui: 9 Maret 2022   06:20 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi musisi jalanan. (sumber: pixabay.com/StockSnap)

Tak bisa diingkari, sulit sekali menjumpai sebuah album yang lagunya enak semua. Legenda musik dunia seperti The Beatles, The Rolling Stone, atau legenda musik lokal macam Koes Plus sekali pun tak semua lagunya enak didengar kok.

Penyebabnya tak melulu soal kreativitas musisi, tapi juga strategi pemasaran dari label yang menaunginya. Kalau ada musisi yang bisa menciptakan 10 atau 12 lagu enak, tak mungkin produser merekam semuanya dalam satu album. 

Akan lebih menguntungkan jika lagu-lagu tersebut dipecah menjadi 2-3 album. Inilah sebabnya mengapa dari 10-12 lagu dalam sebuah album, selalu ada beberapa yang tidak kita sukai.

Sumber: jpnn.com
Sumber: jpnn.com
Pembajak Online
Nah, karena tak mau membeli kucing dalam karung, penikmat musik lebih suka mengunduh lagu-lagu yang mereka sukai di internet ketimbang membeli album utuh. Daripada beli album tapi ternyata lagunya banyak yang tidak disukai, bukankah lebih baik mengunduh lagu yang disukai di internet?

Ya, saat tren berbagi via internet semakin mewabah seperti sekarang, aksi bagi-bagi berkas musik dapat dengan mudah dilakukan. Coba saja cari judul lagu yang kita sukai di Google, maka halaman hasil pencarian bakal menampilkan banyak sekali situs yang menawarkan file lagu tersebut. Baik situs yang dikelola orang luar negeri, maupun situs milik webmaster lokal. Yang lebih menggiurkan, kita dapat mengunduh lagu-lagu tersebut secara gratis tis.

Ini tentu saja menguntungkan penikmat musik. Bayangkan saja, begitu sebuah lagu dirilis, seketika itu juga versi mp3-nya beredar luas di internet. Siapa saja dan di mana saja bebas mengunduhnya kapan saja. Mau pakai handphone bisa, pakai laptop atau PC apalagi. Tak heran jika pembajakan lewat internet jauh lebih mengerikan dibanding pembajakan konvensional.

Semakin mudah dan murahnya akses internet membuat aksi pembajakan online kian meluas hingga ke daerah-daerah pelosok. Tindakan yang melanggar hak cipta ini tentu saja merugikan musisi. Penjualan album sepi. Lha, kalau lagu sang musisi bisa diperoleh secara gratis di internet, mengapa pula harus beli albumnya?

Beberapa musisi berusaha berbesar hati dan menghibur diri sendiri di tengah fenomena ini. Banyak yang berkata tak mempermasalahkan pembajakan online, toh, mereka berkarya memang untuk didengarkan. Mereka mengistilahkan ini sebagai "promosi gratis" yang bisa mendongkrak nama mereka. Selanjutnya mereka berharap undangan mentas berlimpah.

Tapi, ya, tentu saja musisi-musisi itu ingin karyanya dihargai. Dihargai dalam arti harfiah, yakni yang ingin menikmati karya mereka harus menebusnya dengan harga tertentu. Bukan mengunduh gratis. Selain fee tampil, royalti adalah pemasukan penting bagi musisi. Malah di luar negeri musisi lebih mengandalkan royalti ketimbang uang manggung yang hanya sesekali.

Di luar itu semua, konsep penjualan musik model lama sudah tak sejalan lagi dengan kondisi jaman. Jika dulu pembeli mau-mau saja membayar satu album dan dipaksa menerima seluruh isinya tanpa bisa memilih, sekarang berbeda. Pembeli hanya mau mendengar apa yang mereka mau dengar. Karenanya mereka juga hanya mau membayar apa yang mereka mau bayar.

Banyak strategi penjualan yang ditempuh musisi dan label untuk mendongkrak penjualan album, tapi karena sudah bukan jamannya lagi ya tetap saja tidak laku. Mereka sangka persoalannya adalah jangkauan distribusi, karenanya album baru dititipkan ke minimarket-minimarket, gerai makanan cepat saji, sampai pom bensin! Padahal bukan itu yang diinginkan pembeli, atau setidaknya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun