Televisi adalah teknologi audiovisual, gabungan antara gambar bergerak dan suara. Sejatinya tanpa komentator pun kita bisa menikmati siaran langsung sepak bola tanpa merasa ada sesuatu yang kurang. Fungsi komentator pada siaran langsung adalah pengaya, karena itusemestinyalah mereka bertindak memperkaya materi siaran langsung.
Alih-alih memberikan laporan pandangan mata seperti di siaran langsung radio jaman dahulu, komentator siaran langsung televisi bakal terlihat lebih fungsional jika mampu memberikan tambahan info berupa statistik. Ketika Atep hendak mengeksekusi penalti, misalnya lagi, berikan data berapa kali Atep melakukan eksekusi penalti sepanjang kariernya dan berapa persen tingkat kesuksesannya.
"Fantastis! Kurnia Meiga menggagalkan tendangan Fabiano Beltrame dengan satu jari! Ini merupakan penyelamatan ke-125 Meiga hingga menit ke-85. Rasanya saya sudah bisa memilih siapa man of the match dalam pertandingan ini, Bung," katakanlah begitu.
Harus diakui kalau data dan statistik merupakan hal baru dalam sepak bola Indonesia. Jangankan komentator, PSSI sekalipun masih harus belajar banyak soal catat-mencatat begini. Tapi setidaknya janganlah penonton dibuat seolah mendengarkan radio, padahal yang disaksikan televisi layar datar 32 inci.
Mudah-mudahan tidak ada yang tersinggung :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H