"Sekolah yang ideal memiliki tiga komponen penting: I adalah interaksi antara guru, murid, dan sekolah; P adalah proses belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif; dan K adalah kondisi lingkungan sekolah yang bersih, hijau, ramah anak, penuh semangat, inklusif, dan suportif"
Dalam pendidikan tinggi, IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif adalah ukuran keberhasilan seorang mahasiswa dalam menyelesaikan studi. Namun, dalam konteks sekolah dasar dan menengah, IPK bisa diartikan sebagai ukuran sebuah sekolah yang ideal. Sekolah yang ideal memiliki tiga komponen penting: I adalah interaksi antara guru, murid, dan sekolah; P adalah proses belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif; dan K adalah kondisi lingkungan sekolah yang bersih, hijau, ramah anak, penuh semangat, inklusif, dan suportif.
Membangun iklim belajar di sekolah dimulai dengan interaksi antara guru dan siswa. Ada sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa "besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya". Dalam konteks kelas, ini berarti guru mengasah kecerdasan murid, sementara murid belajar menjadi lebih reseptif terhadap pelajaran. Interaksi positif antara guru dan murid adalah kunci keberhasilan, dan sangat disayangkan jika hubungan ini tidak terjalin dengan baik.Â
Murid yang mendapatkan perhatian dan keramahan dari gurunya cenderung lebih fokus dan antusias dalam belajar. Sebaliknya, guru yang tidak mampu menjalin hubungan baik dengan muridnya kemungkinan besar akan gagal membuat murid memahami pelajaran dengan baik.
Proses belajar mengajar yang ideal adalah proses yang menyenangkan dan efektif. Materi pelajaran harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa agar mudah dipahami dan diterapkan. Di sekolah menengah atas, motivasi siswa seringkali berfokus pada masuk ke perguruan tinggi impian, sehingga mereka cenderung mengabaikan pentingnya pembelajaran untuk kehidupan sehari-hari.Â
Proses pembelajaran yang demikian dapat membuat siswa merasa stres. Sebaliknya, pelajaran yang relevan dan aktual dengan kehidupan sehari-hari akan membuat pembelajaran lebih efektif dan bermakna. Guru yang berhasil menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan akan selalu dikenang oleh siswanya, meskipun sosok gurunya sendiri mungkin terlupakan.
Kondisi lingkungan belajar, baik fisik maupun non-fisik, harus diciptakan sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman di sekolah atau kampus. Lingkungan yang bersih, terawat, dan ramah anak sangat penting.Â
Selain itu, suasana emosional yang nyaman dan inklusif akan membuat siswa merasa diterima, tanpa memandang perbedaan ras, suku bangsa, bahasa, kebudayaan, agama, keyakinan, atau latar belakang keluarga. Lingkungan sekolah yang inklusif akan menciptakan keragaman yang memperkaya pemahaman siswa tentang realita kehidupan.
Dengan demikian, untuk membangun sekolah atau kampus yang ideal, tiga komponen ini harus ada: interaksi guru-murid yang sehat, proses belajar mengajar yang menyenangkan, dan lingkungan sekolah yang inklusif. Sekolah ideal tidak bisa dibangun dalam sekejap, tetapi melalui proses panjang yang terus menerus berdasarkan praktik baik dari konsep IPK tersebut hingga menjadi budaya sekolah yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H