Penulis: Wahyudi dan Darwin H. Pangaribuan (Mahasiswa Pascasarjana dan Dosen Jurusan Agronomi Hortikultura) Fakultas Pertanian Universitas Lampung
"Pertanian modern menerapkan proses pasca panen yang meminimalkan kekeringan wortel, yang memungkinkan produk sampai ke konsumen dalam keadaan segar dan juga memungkinkan waktu penyimpanan yang relatif lama"
Wortel memiliki nama latin Daucus carota merupakan sayuran dalam keluarga Umbelliferae yang berkerabat dengan bit, seledri dan jintan. Umbi atau akar bagaian tumbuhan yang dimanfaatkan manusia. Wortel sangat popular dikonsumsi oleh masyarakat karena keunikannya pada bentuk dan warna yang menarik (Sidiq et al. 2023). Tanaman ini biasanya dikonsumsi mentah atau digunakan dalam produk olahan seperti sup, jus, pewarna alami dan manisan. Wortel mengandung karoten dan anthoxyyanin, serta vitamin A yang sangat penting bagi tubuh (Dias and Carlos, 2014).
Wortel merupakan sayuran yang dipanen pada tahap vegetatif ketika ukuran umbinya sesuai dengan kualitas konsumsi konsumen. Produk wortel yang baru dipanen biasanya langsung dijual untuk dikonsumsi konsumen langsung. Namun petani terkadang menghadapi kendala pemasaran karena cuaca yang kurang mendukung dan jarak distribusi yang relatif jauh (Development, 2016). Pertanian modern menerapkan proses pasca panen yang meminimalkan kekeringan wortel, memungkinkan produk sampai ke konsumen dalam keadaan segar dan juga memungkinkan waktu penyimpanan yang relatif lama. Penanganan pascapanen yang tepat dapat meminimalkan kontaminasi mikroba, menjaga kualitas, dan memperpanjang umur simpan (Latvala et al. 2024).
Penerapan manajemen pascapanen yang baik akan menghasilkan wortel yang berkualitas. Konsumen diharapkan mendapatkan wortel berkualitas tinggi yang layak dikonsumsi. Kerusakan wortel saat penanaman, pemanenan, dan penyimpanan menurunkan kualitas (Asgar 2020). Jika sayuran berkualitas dan segar maka konsumen tidak akan kecewa dan produksi serta penjualan dapat meningkat (Indana dan Beni, 2021). Laporan ini mengeksplorasi kegiatan pasca panen berupa pengendalian suhu dan pengemasan yang perlu diperhatikan tanaman wortel untuk menghasilkan wortel berkualitas tinggi.
Penerapan manajemen pascapanen yang baik akan menghasilkan wortel yang berkualitas. Konsumen diharapkan mendapatkan wortel berkualitas tinggi yang layak dikonsumsi. Kerusakan wortel saat penanaman, pemanenan, dan penyimpanan menurunkan kualitas (Asgar 2020). Jika sayuran berkualitas dan segar maka konsumen tidak akan kecewa dan produksi serta penjualan dapat meningkat (Indana dan Beni, 2021). Laporan ini mengeksplorasi kegiatan pasca panen berupa pengendalian suhu dan pengemasan yang perlu diperhatikan tanaman wortel untuk menghasilkan wortel berkualitas tinggi.
Suhu Penyimpanan Wortel
Department of Primary Industries Australia (2016) menyatakan bahwa umur simpan tergantung pada suhu penyimpanan dan kelembaban. Wortel dapat disimpan selama 2-3 hari pada suhu 20°C dan kelembaban relatif 60-70%. Hasil penelitian Hammaz et al. (2021), juga menunjukkan bahwa kandungan proVA-CAR tertinggi dihasilkan pada wortel yang disimpan pada suhu 20°C. Wortel dapat disimpan selama 1-2 bulan pada suhu 4°C dan kelembaban relatif 80-90%. Wortel dapat disimpan hingga 6 bulan pada suhu 0 °C dan kelembaban relatif minimal 95%. Sebaliknya, perubahan ε-karoten hanya sekitar 4,1–20,7%, dan penurunan kandungan vitamin C sekitar 2,0–18,2% (Ilic dkk. 2013). Kondisi ideal untuk mempertahankan kualitas terbaik adalah pendinginan dan penyimpanan pada suhu 0°C dan kelembapan relatif 95-100%. Suhu penyimpanan yang disarankan adalah 0-2℃ (Department of Primary Industries Australia, 2016).
Metode pendinginan yang disukai adalah pendinginan air, pendinginan udara paksa, atau pendinginan vakum air. Kondisi ideal untuk penyimpanan jangka panjang adalah suhu 0°C dan kelembaban relatif minimal 95% (Ilić et al. 2017). Wortel dibekukan pada suhu sekitar -1,4℃. Wortel rentan terhadap dehidrasi, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan perubahan warna. Pencoklatan disebabkan oleh kerusakan fisik pada permukaan selama penyikatan panen dan pasca panen, sehingga menyebabkan jaringan internal terkena oksidasi. Pencoklatan biasanya terjadi ketika wortel disimpan di lemari es beberapa saat sebelum mencapai dijual ke pasaran (Department of Primary Industries Australia, 2016).
Menyimpan wortel dalam ruangan bersuhu 4 ⁰C sampai 30 ⁰C dapat meningkatkan kandungan ε-karoten (Hammaz et al. 2021). Penelitian Asgar (2020) menemukan bahwa kadar γ-karoten terendah pada wortel yang disimpan selama 4 minggu terjadi pada wortel yang disimpan pada suhu ruangan. Kerusakan enzimatik pada karoten dapat terjadi karena aktivitas enzim lipoksigenase.Enzim ini dapat mengkatalisis kerusakan oksidatif karoten. Untuk retensi β-karoten yang lebih baik, suhu yang lebih rendah dapat digunakan sebagai suhu penyimpanan.
Asgar (2020) menyatakan wortel yang disimpan dengan menggunakan suhu 5 °C menunjukkan penurunan berat wortel paling kecil dibandingkan wortel yang pada suhu simpan 10 °C, 15 °C, dan suhu ruangan. Apabila wortel disimpan pada suhu tinggi maka berat wortel akan berkurang akibat adanya respirasi dan transpirasi pada wortel. Wortel yang ditempatkan dalam suhu ruangan dan dibuka bungkusnya akan diproses agar respirasi dan keringat lebih cepat terjadi. Penyimpanan dalam suhu kamar mampu meningkatkan respirasi dan laju transpirasi sehingga menaikan kehilangan hasil (Zeb dan Mahmood, 2004). Kehilangan air akibat transpirasi yang tinggi menyebabkan penurunan berat badan dan kerutan pada jaringan buah. Nasution et al. (2012), berpendapat bahwa penurunan berat bobot terjadi akibat hilangnya sebagian air pada jaringan wortel melalui proses respirasi dan transpirasi.