Oleh drh Chaidir
TERJAWAB sudah kenapa tupai lebih hebat dari manusia dalam hal melompat, karena tupai ternyata memiliki otak yang relatif besar. Rasio besar otak berbanding besar tubuh pada tupai adalah yang terbesar pada makhluk hidup, bahkan mengalahkan manusia (wikipedia.org). Dengan "mesin" yang ber-cc besar untuk ukuran bodi-nya, tupai dengan lincah melayang melompat dari pohon ke pohon, dari dahan ke dahan. Belum ada penelitian, seandainya manusia diberi otak dengan cc lebih besar, apakah akan bisa melompat dari dahan ke dahan selincah tupai.
Dalam kisah fabel The Animal School (Sekolah Hewan) sebagaimana ditulis Dr R.H.Reeves, tupai tampil sebagai siswa yang sangat ahli dalam memanjat dan melompat dari pohon ke pohon, dia memperoleh nilai tertinggi dalam mata pelajaran memanjat dan melompat. Tapi tupai ternyata frustasi hebat dalam mata pelajaran terbang, karena guru menyuruhnya terbang dari tanah ke atas seperti burung elang. Berkali-kali dicoba, berkali-kali pula ia terjerembab. Kasihan tupai, harusnya dia mengadu ke ombudsman.
Dalam dua pekan terakhir ini, tupai menjadi buah bibir di Riau. Apalagi setelah ada running text di salah satu stasiun TV swasta nasional tentang dana investasi Rp 7T di Vietnam itu, setelah sebelumnya heboh masalah venue cabor menembak dan pembangunan main stadium (stadion utama) yang menelan dana APBD sekitar Rp 1T (hanya untuk main stadium saja). Padahal substansi berita running text itu masih kontroversi. Kalau dalam istilah intelijennya, belum A-1. Banyak yang percaya, tapi juga banyak yang tidak yakin. Alasan dari mahzab yang tidak meyakini kebenaran running text itu, dana tersebut terlalu besar, APBD Provinsi Riau saja cuma sekitar Rp 6T, terus uangnya darimana? Alasan lain, kenapa uangnya tidak disimpan di Swiss saja, kenapa mesti di Vietnam?
Pada sisi lain, mahzab yang percaya terhadap running text punya alasan beda. Dana tersebut tidak diambil dari APBD, tapi ada kaitannya dengan konsesi pertambangan. Kenapa di Vietnam, karena Vietnam memberikan annual yield alias hasil tahunan yang jauh lebih besar dari Negara lain. Lalu apa hubungannya dengan tupai? Mahzab yang percaya, berulang kali menyebut, "Itulah, sepandai-pandai tupai melompat, sekali-sekali jatuh juga." Dan peribahasa klasik itu diulang beberapa kali, untuk lebih meyakinkan, lawan bicaranya mendengarkan dan paham dengan peribahasa tersebut. Peribahasa "Sepandai-pandai tupai melompat" itu kemudian menggema. Peribahasa tersebut berarti, sepandai-pandai seseorang, adakalanya berbuat salah juga. Atau seseorang yang biasa berbohong atau memutarbalikkan fakta, sekali-sekali akan ketahuan juga.
Sebenarnya, dalam keadaan normal, tupai sangat akurat dalam melompat (sulit dibuktikan sekali-sekali dia jatuh, itu hanya logika manusia yang tak pandai melompat). Kecuali kalau sang tupai sedang diburu. Salah kaprah juga terjadi, sebab yang dimaksud dengan tupai dalam peribahasa itu sebenarnya bajing. Karena bajinglah yang memiliki habitat di pohon-pohon besar dan tanggi. Bajing dan Tupai beda, meskipun banyak orang yang menganggapnya sebagai binatang yang sama. Tupai selintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing relatif agak rata pada bagian mulut dan hidungnya. Dalam hal makanannya pun berbeda. Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan sedangkan Tupai merupakan binatang pemakan serangga. (alamendah.wordpress.com).
Barangkali karena bajing sering memakan buah kelapa penduduk dan perkebunan buah-buahan, maka hewan ini dianggap sebagai hama, dan lantaran dianggap binatang hama maka kemudian muncul istilah 'bajingan'. Bajing yang bajingan, tupai kena getahnya. Nasib.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H