Oleh drh Chaidir
SIAPA tak kenal siput. Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk satwa anggota kelas moluska Gastropoda. Gastropoda ini sejenis hewan yang tidak memiliki tulang punggung, dan bergerak dengan kaki-perut. Nama siput diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung di punggungnya pada tahap dewasa. Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta dulu terkenal dengan gedung teater Keong Mas. Gedungnya dibangun seperti cangkang keong.
Siput alias keong tak ada kaitan sanak famili sama sekali dengan si Keong Racun, Jojo dan Shinta, yang pada 2010 silam sangat populer setelah menyanyi lipsync di YouTube. Siput ya siput. Hewan ini ditemukan pada habitat yang berbeda-beda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Tetapi banyak juga yang hidup di darat, di air tawar, juga di air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, hewan pemakan tumbuhan. Namun beberapa spesies merupakan hewan omnivora (pemakan tumbuhan atau hewan lainnya). Beberapa contoh jenis siput adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)
Beberapa jenis siput dimakan oleh manusia (ah, apa yang tak dimakan oleh manusia). Tapi hati-hati saja, cangkangnya jangan ditelan karena bisa menimbulkan masalah serius bila nyangkut di kerongkongan. Pada awalnya hanya itu, tidak ada yang terlalu istimewa dari siput sampai kemudian sang kancil bikin ulah, sehingga siput menjadi selebritis, menjadi istimewa. Kisah bermula ketika Sang kancil yang terkenal cerdas, cerdik dan pintar, yang baru saja sukses besar setelah mengelabui buaya dan harimau, melakukan selebrasi sambil berteriak-teriak, dialah makhluk yang paling cerdik di muka bumi. Badan boleh kecil, tetapi mampu mengalahkan puluhan buaya. Sambil membusungkan dada, bercekak pinggang, melompat ke sana kemari, sang kancil sampai di sungai. Di tepi sungai ia bertemu dengan seekor siput. "Hai kancil !", sapa si siput. "Kenapa kamu teriak-teriak kesetanan begitu sampai mengganggu makhluk di hutan ini? Gembira sekali kelihatannya?", Tanya siput. "Ya iya donk, aku hanya ingin menunjukkan pada semua penghuni hutan, kalau aku ini hewan yang paling cerdik", jawab si kancil dengan sombongnya. "Kalau kamu betul-betul hebat mari kita lomba lari besok pagi," tantang siput. "Kamu menantang aku adu lari, nggak salah tuh, mimpi kali ye?" ujar kancil meremehkan siput. Tapi kedua hewan itu akhirnya deal untuk adu lari. Rute disetujui, dan besok paginya mereka akan berlomba. Malam itu, siput segera mengumpulkan teman-temannya tentang rencana perlombaan itu. Semua jaringan mafia cosa nostra siput paham dan semua mulai menyebarkan taktik mereka di sepanjang rute perlombaan.
Di pagi hari kancil dan siput bertemu kembali, mereka siap bertanding. Dengan tetap meremehkan siput. "Hai siput, apakah kau serius memulai pertandingan kita, kau masih bisa membatalkannya daripada menanggung malu?" Sang kancil memprovokasi. "Lanjutkan", jawab siput singkat seraya mempersilakan kancil berlari duluan. Dengan tetap dalam gaya sombong sang kancil berjalan pelan-pelan saja menyusuri rute. Beberapa meter kemudian kancil memanggil, "Siput, kau dimana?" "Aku berada di depanmu", ujar siput. Kancil heran, dia mempercepat langkahnya. Beberapa meter ke depan, kancil kembali memanggil, "Siput, kau dimana?" "Aku berada di depanmu", ujar siput lembut. Kancil kemudian berlari kencang, kali ini siput pasti tertinggal pikirnya. Sambil istirahat sejenak kancil memanggil siput, "Hai siput kau dimana?" "Aku berada di depanmu." Kancil kemudian berlari sekencang-kencangnya mengerahkan seluruh tenaga. Dari kejauhan dia melihat garis finish. Kancil mencoba memanggil siput. Tak ada jawaban. Kancil yakin siput pasti tertinggal jauh di belakang. Dengan nafas tersengal-sengal sang kancil mencapai garis finish. Dia disambut oleh siput yang telah lebih dulu berada di garis finish. "Hai kancil, kau kenapa lambat sekali?" ujar siput dengan tenang. Sang kancil yang cerdik itu terkapar dan menyerah.
Sang kancil walaupun cerdik, dia single fighter, bertarung seorang diri. Sedang siput, menggunakan jaringan mafia, siput tidak bertarung seorang diri. Sekarang modus operandi mafia ala siput ini banyak ditiru manusia…ha..ha..ha….
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H