Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Politik

Birokrasi Kuda Troya

8 Maret 2012   11:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh drh Chaidir

KUDA Troya sesungguhnya tidak sungguh-sungguh kuda. Kuda Troya adalah sebuah legenda dari semanjung Balkan. Sebuah patung kuda yang terbuat dari kayu, ketika bangsa Yunani berperang melawan bangsa Troya. Kejadiannya abad ke-XIII Sebelum Masehi.

Legenda itu berasal dari kisah nyata Perang Troya (Trojan War). Webster International Encyclopedia menyebut, kisah bermula ketika putra mahkota Kerajaan Troya jatuh cinta kepada Helen. Sang putra mahkota mabuk kepayang siang malam terbayang Helen. Sayang disayang, Helen sang pujaan hati adalah istri dari Menelaus, seorang pejabat tinggi dari Kota Sparta, Yunani. Singkat cerita, entah bagaimana kejadiannya, Helen yang cantik jelita itu berhasil dilarikan oleh sang Putra Mahkota ke Troya. Mungkin Putra Mahkota menggunakan jurus pantun Melayu ini:

Kutanam pinang rapat-rapat
Supaya mudah kuda berlari
Kupinang-pinang tak dapat-dapat
Kubujuk-bujuk kubawa lari.

Kerajaan Yunani marah alang kepalang, bukan hanya disebabkan kehilangan Helen, tapi mereka merasa dipermalukan. Mereka bersumpah akan menuntut balas sampai tetesan darah penghabisan. Helen harus direbut kembali dan Kerajaan Troya harus dihancurkan. Maka singkat cerita, Yunani menyerbu, perang pun pecah. Tapi Kerajaan Troya sudah mempersiapkan diri. Diserang dari segala penjuru, tetapi balatentara Yunani gagal memasuki Kota Troya. Troya dikepung selama sepuluh tahun, tapi tak ada kemajuan. Ketika hampir putus asa, tentara Yunani menemukan sebuah taktik, mereka berpura-pura mundur dengan meninggalkan sebuah patung kuda raksasa yang terbuat dari kayu di luar tembok Kota Troya. Hebatnya di dalam perut patung bersembunyi beberapa orang tentara Yunani. Melihat tentara Yunani mundur, konon, tanpa perasaan curiga patung tersebut diangkut oleh orang-orang Troya ke dalam kota.

Di malam yang kelam, beberapa tentara Yunani yang bersembunyi di perut kuda, diam-diam keluar, mereka membuka gerbang kota sehingga tentara Yunani dalam jumlah besar leluasa memasuki kota. Troya menjadi lautan api dan takluk. Dan sicantik Helen berhasil direbut kembali. Bagaimana dengan nasib patung kuda? Sang patung ditinggalkan menjadi barang rongsokan tak berguna.

Berabad-abad kemudian, di era modern, tentu tak ada lagi kuda Troya. Tapi modus kuda Troya dalam bentuk konsep tetap banyak digunakan. Riau adalah kuda troya, kuda beban negeri ini. Setelah minyak dan kayunya habis kelak, daerah ini barangkali akan bernasib sama dengan rongsokan patung kuda di Troya itu. Birokrasi juga menjadi kuda troya bagi penguasa dan politisi. Mereka menjadi kuda beban bagi kepentingan politik. Sayangnya birokrasi kita seringkali tidak menyadari kalau mereka diperkuda, atau malah ikut memperkuda. Kasihan.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun