Oleh drh Chaidir
BEBERAPA jenis hewan bisa meniru tingkah laku manusia, seperti meniru suara, bertepuk tangan, melompat, menari dan sebagainya. Sebaliknya manusia juga suka meniru tingkah laku hewan. Siapa yang kuat jadi penguasa secara otoriter, bahkan sering tidak peduli dengan cara menindas pihak yang lemah sesuka hatinya, itu adalah perilaku hewan. Makanan yang sudah dalam genggaman kawan pun dirampas, itu tingkah laku hewan. Demikian juga perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh dengan mengumbar hawa nafsu, itu juga naluri makhluk yang tak diberi akal budi itu.
Tapi ada juga perilaku menyimpang manusia, yang hewan pun tidak pernah melakukannya, misalnya, pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur, seks sejenis, sodomi, dan berbagai gaya kamasutra yang aneh-aneh itu. Persoalan hawa nafsu ini, hewan kelihatannya sedikit lebih sopan, pejantan misalnya, hanya mau menyalurkannya kepada betina dewasa, itu pun harus betina yang sedang birahi, suatu masa ketika betina siap untuk dikawini. Di luar siklus hormonal itu sang betina biasanya menolak. Hewan tidak dibekali naluri untuk berbuat perilaku menyimpang seperti pelecehan atau sodomi itu, entah makhluk planet mana yang ditiru manusia.
Hewan, kendati memiliki stigma binatang, tak memiliki akal budi, sehingga manusia yang tak menggunakan akal budinya sering dicaci sebagai binatang, siapa sangka ternyata juga memiliki sisi-sisi kehidupan percintaan yang indah dan sesungguhnya harus ditiru manusia. Belum lama ini, sebuah video dari Kazakstan yang diunggah di internet, menyentuh perasaan pemirsa, bahkan di Amerika Serikat disebutkan beberapa ibu-ibu sempat meneteskan air mata menyaksikannya. Seekor burung jantan membawakan makanan untuk burung betina pasangannya yang sedang sakit tergolek lemah di atas tanah. Makanan itu disuapkannya ke mulut pasangannya dan dengan sabar dia menunggu di samping pasangannya itu. Sayangnya, sang betina tak tertolong. Menyadari betinanya mati, burung jantan menengadah ke langit, paruhnya terbuka lebar, dia mencicit dan meratap panjang.
Akhir kisah cinta tragis itu, hanya satu dari kisah pasangan setia yang sempat diabadikan oleh manusia yang jeli dengan kameranya. Sebenarnya ada burung-burung lain yang setia sampai mati dengan pasangannya. Burung merpati terbang sejoli sering menjadi simbol kesetiaan percintaan anak manusia. Kesetiaan terhadap pasangannya tidak hanya menjadi milik burung merpati. Burung maleo yang hidup di Sulawesi juga jenis burung yang setia sampai mati dengan pasangannya. Bagi burung maleo betina hanya ada satu jantan dalam hidupnya.
Angsa juga selalu mesra berdua-duaan dengan pasangannya. Burung jenjang yang ribut dan menari-nari bila sedang kencan dengan pasangannya adalah juga burung yang menganut monogami. Demikian juga burung rangkong atau burung enggang, burung ini juga burung yang setia dengan pasangannya. Bahkan burung hantu ternyata juga burung yang setia dengan jodohnya.
Dan siapa sangka, burung elang gagah perkasa lambang Negara Amerika Serikat, ternyata juga burung yang setia dengan pasangannya. Adakah karena kesetiaan itu maka burung elang (Haliaetus leucocephalus) ini dijadikan lambang oleh AS? Kelak bila Obama dan Michele kembali berkunjung ke Indonesia, kita akan tanyakan kepada "pasangan elang" Amerika ini.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H