Oleh drh Chaidir
TEKA-teki kuno mana yang lebih dulu ada, ayam atau telur, belum terjawab secara memuaskan sampai hari ini dan mungkin juga menjelang dunia kiamat. Asumsi pertama menyebut, ayam terlebih dulu ada, barulah kemudian ada telur. Bukankah hanya ayam betina yang bisa bertelur? Tapi asumsi ini segera terbantahkan, bukankah ayam menetas dari sebuah telur? Maka dengan demikian telurlah terlebih dulu ada, baru kemudian menetas, menjadi ayam betina atau ayam jantan.
Ada yang menjawab teka-teki itu secara mudahnya saja, ayam dan telur, lebih dulu ayam. Mana yang lebih dulu telur atau ayam, maka yang lebih dulu adalah telur. Tergantung apa yang disebut duluan. Tapi jawaban itu tentu tidak substansial sehingga sama sekali tidak memuaskan termasuk juga tidak memuaskan ayam itu sendiri, yang masih terus menyimpan misteri. Kadang-kadang ayam memberi sinyal melalui kokoknya, tetapi tetap tidak dipahami oleh manusia.
Para ilmuwan dari universitas di Sheffield dan Warwick, dengan menggunakan super komputer untuk men-'zoom in' pembentukan telur dalam perut ayam, telah menemukan jawaban teki-teki iseng tersebut. Komputer yang disebut HECToR itu mengungkapkan bahwa OC-17 sangat penting dalam memulai kristalisasi atau tahap awal penciptaan kulit telur. Para peneliti tersebut menemukan bahwa pembentukan kulit telur bergantung pada satu protein yang hanya ditemukan di indung telur ayam. Artinya, telur hanya bisa ada jika berada di dalam perut ayam betina. Protein yang disebut ovocledidin-17, atau OC-17 bertindak sebagai katalis untuk mempercepat pengembangan kulit telur (Republika.co.id, Kamis 15 Juli 2010). Jadi menurut ilmuan tersebut ayam duluan baru kemudian telur terbentuk. Tapi, bukankah ayam menetas dari telur? Nah lho.
Perdebatan selesai bila dilihat dari perspektif agama. Ayam terlebih dulu ada. Sebab segala sesuatu diciptakan oleh Sang Pencipta berpasang-pasang. Ada siang ada malam, ada bumi ada langit, ada laki-laki ada perempuan, dan lain sebagainya. Bukankah Nabi Adam dan Siti Hawa juga bukan dilahirkan?
Beberapa hari lalu, tepatnya, 19 Mei 2012, dalam sebuah seminar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, saya menggunakan ilustrasi teka-teki jadul itu untuk menggambarkan korelasi program pendidikan dengan kepemimpinan pada umumnya di negeri ini. Suka atau tidak suka, jujur harus diakui, kita menghadapi masalah dalam kedua bidang tersebut, baik di pusat maupun di daerah. Secara umum kita masih menghadapi masalah dengan program pendidikan, sehingga belum menghasilkan lulusan yang mampu bersaing. Dunia pendidikan kita juga belum menjadi kawah candradimuka yang sakti bagi para calon pemimpin kita, sehingga kita menghadapi krisis kepemimpinan.
Ibarat ayam dan telur, mana yang lebih dulu bermasalah, program pendidikan yang kurang bagus sehingga menghasilkan pemimpin yang lemah atau karena pemimpin lemah maka program pendidikan menjadi kurang bagus. Atau dengan premis lain, pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan pemimpin dengan kepemimpinan yang berkualitas. Pemimpin yang berkualitas akan menghasilkan program pendidikan yang berkualitas. Entahlah.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H