Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wan Ghalib - Dalam Kenangan

9 Oktober 2011   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh drh Chaidir

BAGI masyarakat Riau, khususnya masyarakat Melayu terutama yang bermastautin di sekitar semenanjung Selat Melaka, Wan Ghalib adalah seorang tokoh besar. Dengan kondisi fisiknya yang ringkih di usia senjanya, pendiri Provinsi Riau ini, masih saja  laksana mercu suar di lautan lepas, ia menjadi pedoman bagi pelaut agar kapal tak tersadai karang. Ia seorang budayawan, seniman, politisi, dan bahkan juga seorang penulis produktif.

Pada peringatan hari jadinya yang ke-90, 5 Oktober 2010 tahun lalu, saya beruntung menjadi salah seorang dari sahabat dekat yang diundang ke rumahnya yang sederhana di Jl Banda Aceh (Sakuntala), dan diminta pula menyampaikan kesan dalam acara itu yang menurut saya sangat sederhana untuk seorang tokoh sekaliber Wan Ghalib. Perasaan bangga dan haru bercampur aduk jadi satu. Rasa cintanya yang besar terhadap Provinsi Riau senantiasa memberi semangat untuk terus mengikuti perkembangan, walau fisik tak lagi mendukung. Tapi pikirannya masih jernih. Menurutnya, pembangunan fisik dan ekonomi Riau sudah maju sangat pesat. Bahkan kini, Riau sudah dipimpin oleh anak-anak daerah sendiri. “Dulu orang Riau tak bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri”, ujarnya.

Bahwa masih ada kekurangan di sana sini, menurut Wan Ghalib itu biasa. Termasuk misalnya semangat yang berlebihan dalam menerjemahkan otonomi daerah sehingga adakalanya penempatan pegawai kurang sesuai dengan bidang keahliannya. Dalam wawancaranya dengan Riau Pos (8/8/2011) bersempena HUT ke-54 Provinsi Riau 9 Agustus 2011, yang dimuat sebagai headline di halaman pertama, bahkan lengkap terpampang foto sang tokoh dalam ukuran besar, Wan Ghalib secara terang-terangan menyampaikan harapan dan kritiknya.  “Pemerintah jangan fokus pada program yang besar-besar saja, tapi akar rumput juga harus diperhatikan, misalnya ekonomi kerakyatan dan sekarang sudah dilakukan pemerintah, seperti program sapi, kambing, kebun yang diperuntukkan bagi rakyat”, ujarnya. Pada kesempatan lain, masyarakat diajaknya untuk produktif.  Wan Ghalib sendiri memberi contoh. Pada usinya yang sudah renta, ia masih beternak ikan lele di pekarangan rumahnya. “Ada sekitar 3000 ekor lele yang siap dipanen”, ujarnya suatu ketika.

Kini tokoh besar itu sudah pergi untuk selamanya, sehari setelah HUTnya yang ke-91. Tapi kenangan bersamanya akan senantiasa hidup di hati. Berada di samping tokoh besar seperti Wan Ghalib saya merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Kedekatan kami bermula ketika sama-sama duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi Riau periode 1992-1997. Perbedaan generasi tak menghalangi kami untuk akrab satu dengan lainnya. Salah satu perekatnya, kami sama-sama tertarik pada dunia literasi, kami sama-sama penulis.

Wan Ghalib sudah menerbitkan banyak buku untuk dibaca oleh generasi penerus dan dikenang. Wan Ghalib kini pasti tersenyum mengenang ungkapan latin Verba volant scripta manent…Apa yang diucapkan akan menguap bersama angin, tetapi apa yang ditulis akan dikenang sepanjang masa. Selamat jalan Pak Wan.

Tentang Penulis :  http://drh.chaidir.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun