Mohon tunggu...
Bunga Zahra
Bunga Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film, Universitas Jember

Saya merupakan pribadi yang aktif berkegiatan di bidang kemanusiaan dan keorganisasian. Saya tertarik dengan dunia kepenulisan dan sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Ekonomi Jember Melalui Makanan Khas "Suwar-suwir"

14 November 2024   23:10 Diperbarui: 14 November 2024   23:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Kompasiana.com)

Bunga Zahra - Program Studi Televisi dan Film

Kabupaten Jember, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, memiliki julukan "Kota Suwar Suwir" karena makanan khasnya yang begitu lekat dengan identitas daerah tersebut. Suwar-suwir, sebuah kudapan yang berbahan dasar tape, gula, dan susu, bukan hanya sekadar camilan manis yang disukai oleh masyarakat lokal dan wisatawan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi daerah Jember melalui sektor kuliner, pariwisata, dan industri kreatif. Suwar-suwir sudah ada di Jember sejak zaman penjajahan Belanda, dan hingga kini menjadi ikon kuliner yang wajib dicicipi oleh para wisatawan. Proses pembuatannya mirip dengan dodol atau jenang, tetapi memiliki tekstur lebih padat dan rasa manis bercampur kecut dari tape yang menjadi ciri khasnya. 

Makanan ini dikenal luas sebagai oleh-oleh yang ikonik dari Jember, dan terus berkembang dalam varian rasa seperti cokelat, vanila, pandan, kopi, hingga rasa buah-buahan seperti nangka dan sirsak.Identitas ini sangat penting dalam transformasi ekonomi Jember karena makanan khas seperti suwar-suwir dapat menjadi simbol pariwisata kuliner. Ketika sebuah daerah berhasil menonjolkan produk lokalnya, wisatawan tidak hanya akan datang untuk menikmati alam atau budaya, tetapi juga mencicipi keunikan makanan setempat. Dalam hal ini, suwar-suwir berperan penting sebagai salah satu motor penggerak sektor pariwisata Jember. Pariwisata kuliner di Jember telah menunjukkan perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, berkat promosi makanan khas seperti suwar-suwir. 

Pemerintah Kabupaten Jember, melalui berbagai inisiatif, telah memfasilitasi program pelatihan kewirausahaan dalam pembuatan suwar-suwir. Program-program semacam ini tidak hanya memberdayakan masyarakat lokal tetapi juga mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam menciptakan varian baru dari suwar-suwir. Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi rasa dan kemasan yang semakin menarik di pasaran.Menurut penelitian dari Universitas Jember, agroindustri suwar-suwir menunjukkan potensi yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber pendapatan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di Jember. 

Dengan menggunakan metode analisis seperti Interpretive Structural Modeling (ISM) dan Analytical Hierarchy Process (AHP), peneliti dapat mengidentifikasi elemen-elemen penting dalam pengembangan agroindustri suwar-suwir, termasuk peningkatan kualitas produksi, inovasi produk, serta strategi pemasaran yang lebih luas. Suwar-suwir tidak hanya memberikan dampak positif pada sektor pariwisata, tetapi juga berkontribusi besar pada pengembangan ekonomi lokal. Pengusaha lokal yang bergerak dalam produksi suwar-suwir kini tidak hanya mengandalkan pasar domestik, tetapi juga mulai menembus pasar internasional. Hal ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk memperluas ekspor produk-produk khas daerah guna meningkatkan pendapatan daerah.
Dengan promosi yang gencar dan partisipasi aktif dari pengusaha lokal, suwar-suwir berpotensi menjadi salah satu produk ekspor unggulan dari Jember. Beberapa negara Asia dan Timur Tengah telah menjadi target ekspor produk ini. Potensi tersebut semakin membuka lapangan kerja baru, khususnya di sektor produksi dan pengemasan makanan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Meskipun suwar-suwir memiliki banyak potensi, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam upaya transformasi ekonomi melalui makanan khas ini. Salah satunya adalah tantangan dalam hal inovasi produk. Karena suwar-suwir memiliki tekstur dan rasa yang mirip dengan dodol, diperlukan inovasi yang lebih kreatif dalam segi rasa dan bentuk agar produk ini tetap kompetitif di pasar yang semakin dinamis. Selain itu, kendala dalam distribusi dan pemasaran juga menjadi isu, terutama untuk menjangkau pasar yang lebih luas di luar daerah Jember.

(Sumber : Jember Network-Jatim Network)
(Sumber : Jember Network-Jatim Network)
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produksi dan inovasi produk suwar-suwir. Misalnya, Politeknik Negeri Jember telah mengadakan pelatihan kewirausahaan yang membantu pengusaha lokal meningkatkan efisiensi produksi dan memperkenalkan teknologi baru dalam pembuatan makanan khas ini. Agar suwar-suwir dapat terus berkontribusi terhadap transformasi ekonomi Jember, diperlukan strategi jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga masyarakat lokal.Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain, Pertama, Peningkatan Branding dan Pemasaran: Meskipun suwar-suwir sudah dikenal sebagai oleh-oleh khas Jember, branding yang lebih kuat dan pemasaran yang lebih luas diperlukan untuk menjangkau pasar internasional. Ini bisa dilakukan melalui kolaborasi dengan platform e-commerce dan pameran produk di luar negeri. Kedua, Inovasi Produk: Pengembangan varian rasa baru, inovasi dalam pengemasan, serta pemanfaatan teknologi produksi yang lebih modern dapat meningkatkan daya saing suwar-suwir di pasar global. Ketiga, Diversifikasi Produk Turunan: Selain suwar-suwir, tape yang menjadi bahan dasar pembuatan kudapan ini juga bisa diolah menjadi produk turunan lainnya, seperti minuman fermentasi, selai, atau produk-produk kreatif lainnya yang dapat menambah variasi oleh-oleh dari Jember. Terakhir, Kolaborasi Antar Sektor: Pengembangan suwar-suwir sebagai ikon kuliner Jember juga dapat diintegrasikan dengan sektor-sektor lain seperti seni, budaya, dan pariwisata. Misalnya, festival makanan khas Jember yang menonjolkan suwar-suwir sebagai daya tarik utama dapat menjadi salah satu agenda tahunan yang mendatangkan wisatawan.
Transformasi ekonomi Jember melalui makanan khas suwar-suwir memiliki prospek yang cerah. Suwar-suwir tidak hanya sekadar oleh-oleh, tetapi juga simbol identitas budaya yang dapat dijadikan daya tarik wisata kuliner. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, masyarakat, serta inovasi dari pengusaha lokal, suwar-suwir berpotensi besar untuk meningkatkan perekonomian lokal dan menjadikan Jember semakin dikenal di kancah internasional sebagai kota kuliner khas.

Referensi:
1.Putri, I.P., Wibowo, Y., Novijanto, N. (20xx). Strategi Pengembangan Agroindustri Suwar-Suwir di Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): xx-xx
2.Puspasari Setyaningrum. (2023). Mengapa Jember Dijuluki Kota Suwar Suwir?. https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/24/214712378/mengapa-jember-dijuluki-kota-suwar-suwir. (diakses pada 14 November 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun