Mohon tunggu...
Bunga Terashita
Bunga Terashita Mohon Tunggu... -

Ordinary People

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curhatan Fiksi - Kina

26 Januari 2015   06:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terdiam membisu ketika melihat salah satu stasiun televisi sedang mewawancarai seorang narasumber. Aku mencoba mendekat ke depan layar televisi, memastikan seorang perempuan cantik yang menjadi narasumber bukanlah sesorang yang kukenal dulu. Namun kenyataannya, perempuan itu adalah seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidupku. Kina, perempuan tomboy yang berhasil mencuri hatiku hingga saat ini. Useorang yang kukenal dulu. Namun kenyataannya, perempuan itu adalah seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidupku. Kina, perempuan tomboy yang berhasil mencuri hatiku hingga saat ini.

Terlihat gaya bahasanya sangat berbeda dengan dahulu. Sudah kuduga, pasti dia akan menjadi 'kupu - kupu yang indah'. 10 tahun telah berlalu, kami berpisah setelah menyelesaikan kuliah S2.

Aku mencoba menenangkan diri, melihat  foto bersama istri dan anakku yang selalu kupajang di meja kantor. Berusaha ikhlas menerima kebahagiaan yang telah kuperoleh sampai saat ini. Tetapi hati kecil ini tidak bisa berbohong, aku sungguh sungguh merindukan Kina.

Menjalin hubungan saat memasuki kuliah S1 hingga tamat S2. Berjuta juta suka duka kami jalani bersama. Semua itu berakhir karena aku yang memutuskannya.

Hubungan semakin runyam karena Kina pun yang memulainya

23 April 2030

Aku mengajaknya untuk menemaniku ke acara pernikahan Tante Ira. Ia secepat kilat sudah siap dibandingkan adikku Nita yang masih lama berdandan. Aku memilih untuk menjemputnya terlebih dahulu dan menyuruh adikku untuk pergi bersama Ayah dan Ibu. Pantas saja, dia begitu cepat. Dia tidak memakai polesan apapun. Namun aku sudah terbiasa dengan gayanya yang seperti itu.

Sesampainya di Gedung, Kina tercengang dengan adikku dan keluarga besarku yang penuh dengan keglamoran. "Cantik, indah, mewah," bisik Kina padaku. Kulihat awalnya ia begitu cuek tidak merasa terganggu dengan penampilan sederhananya, namun beberapa menit kemudian Ia mulai merasakan pandangan orang padanya. Aku menghampirinya setelah ia memberikan isyarat dari matanya. "Dipo, aku pulang aja ya, aku malu. Maafin aku," Kina menggerutu. " Kenapa Kin?" ucapku. "Kamu berpura pura tidak tahu, Dip?" kesal Kina. Aku mencoba memahaminya dengan menuruti keinginannya untuk pulang.

Selama perjalanan di mobil, ia menyesali ketidakpeduliannya pada penampilan dirinya. "Dip, harusnya tadi aku dengerin omongan mamah pas nyuruh aku pakai dress dan di make up, tapi aku males Dip, gak suka, yang ada aku malah gak PD," gerutu Kina. Aku hanya bisa terdiam.

12 Desember 2030

Kumpul keluarga besar Ayah dan Ibu selama 10 tahun sekali, acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga kami. Kina untuk pertama kalinya, menjadi bagian di acara sepuluh tahunan ini. Acara ini pun sangat dipersiapkan secara matang layaknya acara pernikahan. Kina diajak Ibu untuk mengurus bagian dapur. "Dip, aku gak bisa masak, kenapa Ibu malah masukkin aku ke bagian dapur?" Kina heran. "Memangnya bagian dapur itu identik dengan memasak? Gimana kalau  malah disuruh bagian cuci piring?" candaku. "Dip, ih beneran aku malu gak bisa, kenapa gak catering aja sih," manja Kina. "Malah dengan adanya masak bareng jadi tambah solid keluarga, kamu juga sambil belajar," nasehatku.

Aku memperhatikannya setiap hari di dapur rumahku bersama saudara yang lain. Ia terlihat ramah namun keramahannya tidak bisa menjadi nilai plus dihadapan keluargaku. Ibu dan beberapa tanteku terkadang menggeleng geleng melihat ulahnya. Cara memotong kacang panjang yang tidak sesuai ukuran dan cara menggoreng ikan yang menjauhi dari kompor. Tidak hanya itu, masih banyak cerita kelucuannya di dapur, bagiku itu lucu tapi bagi Ibu itu kekanakan.

Ternyata ia pun menyadari pandangan orang padanya. "Akhirnya selesai juga ya Dip, gak kerasa besok acaranya, oya maaf ya Dip dengan cara masakku yang aneh" ucap Kina. "Iya Kin, besok subuh kamu make up, aku jemput ya. Kalau itu, sudahlah, kamu bisa belajar" ucapku. "Oke Dip" sambil mencubit pipiku.

Kina sungguh cantik, aku merasa bahagia dengan keanggunannya memakai gaun. Aku pun tidak melewatkannya begitu saja, aku abadikan dengan bidikan kamera. Aku harus menunjukkannya pada ayah, ibu dan seluruh keluarga besarku. "Dip, aku malu, aku urus makanan di dapur dulu ya" terlihat pipinya kemerahan. "Hati hati Kin, ini masih malam," Rumah masih sepi, aku dan Kina terlalu bersemangat hingga jam 3 pun sudah mulai make up karena tahu nanti akan mengantri. Semuanya terlihat masih kelelahan tertidur, hanya teman ibu saja yang sudah siap di bagian make up.

Aku mengangkut sound system untuk karaoke dan mengerjakan tugas dekorasi lampu, tidak terasa sudah pukul 06.30, acara dimulai 07.00.

Aku mencari Kina, namun kutanyakan semua orang tidak melihatnya. Aneh. Ketika aku menelponnya, terdengar nada dering "Marry Your Daughter" miliknya dari kamar mandi belakang kolam renang. Ia tidak mengangkatnya. "Kin, Kina, Kina" teriakku. Kudengar suara tangisan. Kucoba membuka pintu kamar mandi yang sudah lama rusak tidak bisa terkunci. "Kin," kagetku. Gaunnya terlihat basah dan make up pun tidak terlihat lagi. "Dip, aku terpeleset memakai hak tinggi dan jatuh ke kolam karena gelap," Kina menangis.

Hari itu, ia memutuskan untuk memakai baju seadanya, menolak untuk kembali berpakaian dress dan di make-up. Hanya  3 jam, ia bertahan di dalam acara lalu memutuskan untuk pulang karena malu dengan kejadian 'jatuh di kolam' tersebar dari mulut ke mulut. Kembali ia menggerutu dengan kebodohannya selama perjalanan pulang. "Aku ceroboh, gak bisa masak pula," gerutunya. Aku kembali terdiam.

3 Januari 2031

Ayah mengajak aku dan Kina untuk bergabung makan malam bersama karyawan perusahaan Ayah. Kina mulai tampil dengan anggun, belajar dari kesalahan lalunya walaupun sejujurnya ia merasa terpaksa agar tidak mengecewakan Ayah. Kina terlihat pasif, sepertinya ia tidak mengerti dengan topik yang Ayah bicarakan bersama para karyawan. Hal itu terlihat ketika Ayah bertanya pada Kina untuk memberikan solusi dan saran dengan permasalahan yang ada di Perusahaan. Kina hanya tertawa dan berkata jujur bahwa sejak tadi ia tidak fokus dengan apa yang mereka bicarakan. Ayah pun memakluminya lalu mencari topik lain, namun Kina pun kurang memiliki pengetahuan yang luas sehingga ia sulit menyambung dengan topik yang Ayah bicarakan. Akhirnya Ayah pun menyuruh kami pulang karena sudah malam. "Dip, aku gak ngerti deh sama yang Ayah jelasin tadi, kok aku gak pernah denger ya tentang masalah semacam itu," gerutu Kina. "Kamu kurang baca baca Kin, kamu itu jangan hanya terpaku dengan apa yang dibicarain dosen aja, kamu juga harus banyak baca buku dan jurnal," nasehatku. "Maaf Dip, pasti tadi Ayah berharap banyak dari pemikiranku," sesalnya.

10 Februari 2031

Aku dan Kina bersama orang tua datang ke malam perpisahan kuliah S2. Awalnya semuanya berjalan lancar, namun di penghujung acara terjadi sesuatu yang membuat Kina sakit hati. Ayah memperkenalkanku pada rekan kerja Ayah dan ternyata selama ini perempuan itu satu jurusan denganku. Ayah terlihat antusias dan merasa aku harus mengenal lebih dekat dengan perempuan itu. Walaupun Kina sedang sibuk dengan orang tuanya diluar ruangan. Tetap saja hatiku tidak tenang, jika Kina melihat aku dengan Mia. Alhasil, Kina pun tidak melihatnya. Pada saat malam penutupan, waktunya kami berpidato. Aku tidak menyiapkan catatan, pikirku aku akan berbicara spontan saja. Berbeda dengan Kina, yang terlihat sudah menyiapkan selembar kertas.

Waktunya aku berpidato singkat, "Saya Dipo, mengucapkan terimakasih kepada ...." Setelah selesai, aku menghampiri Ayah dan Ibu lalu memandang Kina dari kejauhan. Ia terlihat menunduk murung. Ketika aku akan menghampirinya, ternyata saatnya ia maju ke atas panggung. "Saya Kina, merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama kalian disini ...."

Usai sudah acara penutupan, Kina tidak pamit pulang kepadaku. Aku heran dan langsung menghampirinya. Aku menggapai lengannya dan mencoba menghentikan langkahnya menuju mobil. "Kin, kamu kenapa?" tanyaku. Kina hanya menggeleng kepala, menegaskan bahwa ia baik baik saja. "Kin, jawab," tegasku. Kina diam. "Kin!" kesalku. "Dip! Sudahlah, bilang saja kalau kamu ingin semua ini berakhir," Kina geram. "Apa maksudmu?" marahku. Ia menyerahkan selembar kertas pidatonya yang sudah sobek. "Aku menuliskan namamu dan menceritakan saat suka duka semasa kuliah bersamamu, tapi apa yang kudapat? Namaku sama sekali tidak disebut dalam pidatomu, ya aku tahu ini memang kekanakan tapi bisakah kamu bersikap tidak kaku dan formal. Bisakah kamu pidato seperti yang lain, menceritakan suka dukamu. Dip, tadi itu gak ada durasi, gak ada yang ngelarang kamu buat curhat. Tapi apa yang kulihat, kamu cuma bilang ucapan terimakasih aja," tegas Kina sambil menangis. Aku memang tidak menyebutkan namanya dan aku juga tidak menyebutkan nama teman temanku. Ya bagiku, memang seperti itu. Aku telah melakukan kesalahan diluar dugaanku. Aku hanya bisa terdiam. "Dip, aku melihat Ayah tertarik dengan Mia, gak apa Dip, aku bisa terima itu, Mia memang wanita yang tepat buat kamu," Kina memasuki mobil sambil menangis. Aku melihat kedua orang tuanya menatapku dengan dingin layaknya seorang lelaki yang telah menyakiti anak perempuannya.

Kina, perempuan yang tidak peduli dengan penampilannya tapi aku suka dengan gayanya yang simple dan casual. Kina, terkadang bodoh hingga aku pun bisa kesal karena kebodohannya, semua itu karena kemalasannya. Cara memasaknya yang aneh dan membuat menu makanan yang aneh aneh. Paling benci ketika di make up dan memakai hak tinggi ditambah memakai gaun.

Kembali ke kenyataan saat ini, Kina sudah terlihat cemerlang dengan jabatannya saat ini. Seharusnya Ayah dan Ibu melihat Kina yang sekarang, pasti akan menyesal menyuruhku untuk segera menikah dibandingkan menunggu kabar dari Kina yang menghilang sejak kelulusan S2. Namun kutahu, pasti Ayah pernah bertemu Kina karena link Ayah yang luas dalam Perusahaannya. Bagiku, bersama Kina adalah kenangan terindah dalam hidupku. Bahagia ketika pernah menjadi orang yang dicintainya. Komitmennya yang tidak pernah mengucapkan kata 'putus' dalam hubungan hingga saat ini. Ya sesungguhnya hubunganku dengannya belum berakhir, namun aku yang mengakhirinya dengan cara menikah dengan Mia. Ayah beranggapan waktu dahulu ketika aku di jabatan seperti Ayah, perlunya pendamping hidup yang memiliki kualitas sangat baik. Kina, tidak termasuk dalam pilihan Ayah. Aku hanya bisa patuh karena aku pun sudah kehilangan Kina yang menghilang pergi tanpa pamit. Kini Kina muncul kembali di saat aku telah berkeluarga.

Di dalam dompetku, aku masih menyimpan surat yang ia kirim bersama foto saat ia memakai gaun di acara sepuluh tahunan.

"Dip, maaf atas kebodohanku di malam penutupan S2. Aku terlalu berlebihan saat itu, mungkin itu semua akumulasi kekesalanku kepadamu. Kesal karena sikapmu yang terlalu kaku. Tapi aku lebih sering merasakan kesal karena kesalahanku sendiri. Dip, aku terkadang berusaha ingin membencimu karena rasa sayangku kepadamu itu terlalu melemahkanku, aku jadi suka cengeng, bahkan bisa merasakan kangen yang mendalam itu karenamu dan terutama cemburu, aku baru tahu rasa cemburu itu seperti apa hingga bisa membuatku menangis. Terlalu banyak pelajaran yang kamu berikan untukku Dip, aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Walaupun aku juga gak tahu hubungan ini akan kemana. Setelah S2 ini aku akan melanjutkan ke tempat yang kamu tidak boleh tahu, aku akan menyelesaikannya hingga aku bisa menjadi pilihan orang tuamu. Tapi aku bisa menerima, jika kamu memang telah bersama yang lain sebelum aku pulang. Sayangi istri dan anakmu ya Dip."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun