" Aku hanya pasrah, jika kaka tidak menghendaki perjodohan ini, kaka yang memutuskan " , jawab Zahra sesaat setelah saling diam.
Lima bulan setelah pembicaraan itu Zahrapun menikah dengan Fahri. Banyak sekali hadiah yang diberikan keluarga Fahri padanya. Pernikahan yang sangat sempurna, membuat banyak para gadis  iri . Fahri sangat tampan dan mapan sedang Zahra sendiri sangat cantik dan bersahaja. Pasangan yang serasi.
***
Zahra merasa suaminya adalah seorang yang sangat perhatian, mau berbagi kesibukan dengannya. Suami yang sangat menghormatinya dan sangat hati-hati bersikap. Kadang Zahra berfikir, apakah memang seperti ini perkawinan karena perjodohan, atau memang Fahri adalah tipe orang yang seperti itu.
Mereka tinggal bersama, makan bersama, sesekali bercanda, mengobrol tentang banyak hal dan mereka juga tidur seranjang. Tetapi kenapa sampai saat ini Fahri belum menyentuhnya. Semula Zahra menunggu, tetapi karena terlalu lama akhirnya Zahrapun memberanikan diri bertanya. Zahra mencari waktu dan kesempatan yang pas.
" Kakak , apakah kaka kecewa dengan pernikahan kita ? apakah kaka terpaksa menikahiku ?, karna Kaka tidak bisa menolak perjodohan ini ? " tanya Zahra.
Air matanya tak kuasa mengalir dengan sangat deras. 3 bulan dia memendam semua rasa ini sendirian. Berusaha tersenyum pada banyak orang, berpura-pura bahagia.
" Maafkan aku, Â Zahra. Aku menunggu pertanyaanmu ini, " jawab Fahri pelan.
" Taukah kamu, aku benar-benar tersiksa menikahimu, Kau sangat baik padaku juga keluargamu. Tetapi aku telah menyakitimu, juga membohongimu. Keluargaku yang merencanakan semua ini, mereka hanya memikirkan martabat mereka saja, tanpa sedikitpun memikirkanku...," Fahri menyentuh tangan Zahra dan menggengamnya erat.
Tiba-tiba Fahri berlutut didepan Zahra.
" Maafkan aku, sebenarnya aku sakit. Kecelakaan 4 tahun lalu, membuatku menjadi laki-laki yang tidak sempurna. Keluargaku tau dan mereka masih saja memaksaku untuk menikah..." , Air matanya mengalir, suaranya bergetar mengatakan pengakuan itu.