Mohon tunggu...
Bunga SA
Bunga SA Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan

Penulis Wattpad yang mencoba menulis artikel serta cerita-cerita lain nya di sini, seorang Mahasiswi Sastra Inggris semester 5 di salah satu Universitas Islam 45 Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menulis sebagai Bentuk Pembalasan Dendam?

2 Desember 2019   10:45 Diperbarui: 2 Desember 2019   10:51 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai, selamat pagi. Apa kabar dengan hari ini? Di sini saya lebih kepada mengutarakan tentang berbagai macam pertanyaan serta tundingan yang mengatakan bahwa aku menulis sebuah cerita yang akhirnya bisa di bukukan. Mungkin ini tidak penting, namun aku akan tetap menuliskan ini sebagai bentuk pelurusan masalah saja.

Semasa SMP, hal tersulit aku adalah aku dipindahkan ke salah satu sekolah swasta yang di mana aku tidak tahu sama sekali tentang sekolah tersebut. Sedari kecil aku memang sudah terbiasa untuk diam, takut untuk berteman dengan siapa pun. Itu sebabnya mengapa aku akhirnya jarang sekali memiliki teman. Hari pertama aku bersekolah di SMP yang baru adalah hari yang sangat tidak menyenangkan, mengapa?

Karena aku menjadi pusat perhatian seluruh orang. Mungkin, karena aku memakai pakaian yang berbeda? Itulah yang ada dibenakku. Hanya ada satu anak perempuan yang mau mendekati aku, yaitu Rara (Fira Danopa, mungkin kalian akan baca ini di Novelku) aku duduk sama dia, lalu teman-temannya juga ikut berteman denganku. Aku senang saat itu, karena aku pikir mereka baik dan bisa berteman denganku.

Hingga akhirnya aku tau bahwa mereka hanya memanfaatkan ku, entahlah aku ini memang terlalu mudah untuk dimanfaatkan oleh orang lain, (ceritanya bisa kalian baca di novelku, ALFAZURA). Kemudian ada satu laki-laki, yang mungkin dia memang membenciku atau apa pun alasannya aku tidak tahu. Dia menciptakan nama baru untukku, yaitu T-rex. Tau apa itu? Adalah nama seekor dinosaurus yang memiliki cacat di kakinya. Mungkin itu alasan mengapa ia memanggilku dengan sebutan seperti itu.

Bahrul Ulum, nama laki-laki tersebut. Orang yang pertama kali memanggilku dengan sapaan seperti itu, lalu panggilan tersebut menyebar luas hingga seluruh kelas memanggilku dengan panggilan seperti itu. Aku tahu, kekuranganku memang sangat tampak di depan mata kalian. Namun, apakah itu menjadi alasan untuk kalian membuliku? Tidak, kan? Seluruh rasa sakit yang aku rasakan saat itu aku tuliskan di bukuku, aku menguak semua rasa sakit saat aku hampir berpikir untuk bunuh diri.

Aku menulis cerita tersebut bukan ingin mempermalukan nama kalian, aku menulis itu karena itu yang membekas di hatiku, kepalaku, bahkan aku berpikir bahwa semua orang akan memanggilku dengan panggilan yang sama. Taja, Melvin, Aang, Robi, Toni, Alvin, dan siapa pun yang saat itu membuli aku, memanggil namaku dengan sapaan itu.

Aku menulis nama kalian di bukuku, itu semua karena aku rasa kasusku cukup aku aja yang rasakan hal itu. Itu benar-benar membunuh semuanya, apa pun. Bahkan sampai saat ini, di kepalaku tertanam bahwa aku ini jelek dan cacat. Seperti nama panggilan yang kalian kasih sama aku, aku minta maaf untuk yang merasa bahwa aku membalaskan dendamku. Namun, bukan itu tujuanku. Aku hanya ingin berbagi kisah bahwa pembulian yang mengataskan fisik hingga perubahan pemanggilan nama itu akan menghancurkan segala mental orang tersebut.

Jadi, yang dapat ditarik dari cerita tidak penting ini adalah Bullying yang dilakukan karena memandang fisik sampai mengganti namanya dengan nama yang tidak sepantasnya, itu akan terus-menerus terngiang dan membekas di hidup orang tersebut. Tidak ada salahnya, jika memang tidak menyuka seseorang. Tetapi, tolong jangan kalian meremehkan atau bahkan menjatuhkan orang tersebut.

Kalian tidak tahu apakah perkataan serta perbuatan kalian yang kalian anggap itu sebagai bentuk lelucon atau candaan, akan benar-benar dilupakan atau justru membekas dan membunuh mental. Tak ada yang tahu kan seberapa kuat mental seseorang? Mereka lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dibandingkan hidup dengan berbagai macam panggilan yang membunuh mereka secara perlahan-lahan.

Selamat Pagi, salam kenal.

Have a good day!

Bunga SA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun