“jembatan ini mungkin 4 kali lipat lebih bagus daripada jembatan yang kami dirikan. Namun aku masih ingat betapa penduduk merasa senang dengan jembatan itu. Jembatan itu kita bangun bersama, bukan pemberian dan efeknya ada rasa sense of belonging’’
Dalam sebuah konsep bernama pemberdayaan yang merupakan antitesa dari konsep pembangunan yang bersifat top down, pelibatan masyarakat penting. Adanya rasa sense of belonging akan menjaga keberlangsungan kebermanfaatan jembatan itu. Ah.. menjadi teringat masa-masa kita berdialektika.
Kamu selalu berjanji mengajakku ke tempat itu suatu hari nanti. Melihat jembatan itu, menyapa penduduknya dan melihat bagaimana perkembangan zaman menggerus kearifan penduduk di sana. Janji yang entah kapan akan kau tepati… aku tak berani menagihnya, tidak sekarang ataupun nanti.
Jembatan ini menimbulkan efek yang lain untukmu dan juga untukku, entah mengapa. Aku atau kamu acapkali termenung di atas jembatan itu dengan membawa pikirannya masing-masing. Kadang aku bertanya, apakah kamu masih terkenang dengan jembatanmu dulu? Sementara pikiranku melayang pada masa yang sudah-sudah dan juga kenangan bersamamu. Masih ingatkah kamu, kala kita menikmati senja di jembatan ini.. kamu tiba-tiba menciumku, ciuman pertama kita. Kamu tertawa lebar melihatku terkejut akan perbuatanmu itu. Bagaimana tidak, ciuman itu menyadarkan aku dari lamunanku.. Kamu memang selalu tak terduga.
Tak terasa malam mengusir keindahan senja. Kala itu, pemandangan berubah dan terasa berbeda. Dari jembatan ini, pekat malam begitu terasa dan pemandangan di seberang sana seperti dunia yang berbeda. Gemerlap lampu penerangan, kendaraan yang berlalu lalang… ah sungguh kontras dengan di sini yang begitu sepi dan muram, padahal hanya terpisah jarak 500 meter.
***
Hari hampir senja ketika kita menyusuri kota ini, dan tepat ketika senja datang kita tiba di tempat itu, tempat dimana kelak kita berproses bersama dengan penduduk di sana. Sebuah proses yang entah dimana muaranya.
***
Senja… kali ini senja tak lagi bisa kunikmati denganmu. Demikian halnya dengan senja yang selanjutnya selalu akan datang. Aku, kamu berada dalam lintasan hidup kita masing-masing dengan membawa semua rasa yang kita punya.
Senja tak lagi membawa kita pada sisi lain kehidupan. Senja kita adalah perubahan. Senja kita adalah awal langkah kecil kita. Senja adalah cinta kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H