Mohon tunggu...
Bunga Rachmilia Putri Anwari
Bunga Rachmilia Putri Anwari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang mengeksplorasi dunia publikasi tulisan. Saya bersemangat untuk berbagi pemikiran dan cerita melalui tulisan-tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kisah Inspiratif Bu Siti: Meniti Jembatan Angka

20 Mei 2024   16:13 Diperbarui: 21 Mei 2024   15:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dulu, matematika adalah jurang yang menakutkan bagi saya, tapi sekarang, itu adalah jembatan yang membawa saya ke masa depan," ujar Bu Siti Komariah, seorang guru matematika berumur 27 tahun dengan senyuman penuh kebanggaan.

Keterampilan matematika adalah suatu hal yang seringkali dianggap sulit dan menakutkan bagi banyak orang. Banyak orang merasa terintimidasi oleh angka dan rumus, serta takut membuat kesalahan yang bisa menyebabkan rasa malu atau kekecewaan. Namun, perjalanan hidup Bu Siti adalah bukti nyata bahwa dari jurang ketakutan pun, seseorang bisa membangun jembatan yang kokoh menuju puncak keberhasilan. Dari awal yang penuh tantangan, Bu Siti menemukan panggilannya dalam dunia matematika, berubah dari seorang siswa yang ketakutan akan angka menjadi seorang guru yang menginspirasi banyak orang dengan cinta dan keahlian dalam matematika.

Dokumentasi Penulis 
Dokumentasi Penulis 

Kisah inspiratif Bu Siti dimulai sejak ia kecil, ketika belajar matematika merupakan sebuah tantangan baginya. Sejak SD, Bu Siti menghadapi kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika dasar. Perkalian, pembagian, bahkan penjumlahan sederhana pun sering kali membuatnya bingung. Tidak hanya itu, Bu Siti juga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sebaya dan gurunya. Rasa percaya diri yang rendah membuatnya memiliki sedikit teman, dan ia sering merasa terasing di lingkungan sekolah. 

Saat menginjak SMP, perjalanan Bu Siti untuk menimba ilmu semakin diuji. "Meskipun saya memiliki keinginan yang besar untuk belajar, situasi ekonomi keluarga saya yang sulit sering membuat saya tidak bisa fokus memahami pelajaran di sekolah, khususnya matematika," ujar Bu Siti. Ketika gurunya mengajar, Bu Siti kesulitan untuk memahami pelajaran karena pikirannya terganggu oleh perut yang kosong dan kebutuhan yang kurang terpenuhi. Bahkan, nilai matematikanya sempat tidak mencapai batas untuk lulus. Namun, hambatan-hambatan tersebut tak membuat Bu Siti menyerah. Dengan tekad yang kuat, ia berhasil melewati setiap hambatan untuk melanjutkan sekolah.

Ketika Bu Siti lulus dari bangku SMP, seorang guru dari sekolahnya menawarkan bantuan agar ia dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA melalui program paket C. Dengan jadwal sekolah dua kali seminggu, Bu Siti memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sampingan mengangon sebelas kambing. 

"Saya memanfaatkan waktu luang untuk mengangon sebelas kambing, biasanya dapat dua karung rumput untuk pakan kambing. Hasil dari pekerjaan ini saya simpan sebagai uang saku" kata Bu Siti mengenang masa SMA-nya. 

Tak berhenti di situ, setelah lulus SMA, ia menghadapi tantangan baru dalam mencari pekerjaan. Meskipun memiliki ijazah pendidikan setara, ia sering kali ditolak di berbagai tempat karena kemampuannya dalam matematika yang terbatas. Bu Siti kemudian menyadari bahwa matematika adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mencari pekerjaan, di mana sebagian besar tes masuk pekerjaan menggunakan tes matematika sebagai salah satu ukurannya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mendalami matematika dengan sungguh-sungguh. "Saya sadar bahwa matematika ada di mana-mana dan sangat dibutuhkan, terutama saat mencari pekerjaan. Tes-tes masuk pekerjaan banyak yang menggunakan matematika sebagai ukurannya," ujar Bu Siti.

Beruntung, ada sosok guru SMA paket C yang kini telah ia anggap sebagai kakak sendiri menawarkan Bu Siti kesempatan baru untuk menjadi seorang guru. Masih dengan tekad yang sama, Bu Siti menerima tawaran tersebut dan memulai perjalanan baru sebagai seorang mahasiswa jurusan pendidikan matematika untuk mengejar impian barunya saat itu, yaitu menjadi seorang guru. Meskipun awalnya terasa sulit, dengan bimbingan dari guru tersebut dan kerja kerasnya sendiri, Bu Siti mulai memahami dasar-dasar matematika yang selama ini menjadi hambatan baginya.

Dokumentasi Penulis 
Dokumentasi Penulis 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun