Di tengah ramainya antusiasme menyambut Idul Fitri, warga Desa Mekarsari, Kabupaten Bogor, tidak hanya sibuk dengan persiapan menyambut hari kemenangan, tetapi juga dengan melakukan tradisi yang masih terjaga hingga kini, yaitu mengantar rantang kepada tetangga dan sanak saudara. Kegiatan mengantar rantang makanan biasa dilaksanakan beberapa hari sebelum puncak lebaran. Dalam menjalankan kegiatan ini, warga setempat memasak makanan dalam jumlah besar untuk dibagikan kepada sesama. Setiap keluarga membagikan masakannya, menciptakan keragaman hidangan yang melimpah untuk dinikmati bersama. Aktivitas tersebut menjadi momen penting yang mempererat hubungan sosial dan memupuk rasa kebersamaan.
Dikutip dari Pikiran Rakyat, sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, mengatakan bahwa kebiasaan mengantar makanan menjelang Idul Fitri telah terjadi sejak masa kerajaan pada abad ke-16. Ia menjelaskan bahwa hantaran lebaran adalah bentuk transformasi dari hantaran hasil bumi yang saat itu biasa dipersembahkan oleh rakyat kepada raja dan sebaliknya. Perkembangan zaman membawa perubahan, khususnya berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam tradisi ini. Sebagai contoh, pada masa kolonial, kegiatan mengantar makanan hasil bumi yang awalnya terjadi antara rakyat dan raja berubah menjadi makanan yang dikemas dalam rantang yang dibagikan antar tetangga, saudara, dan handai tolan. Fadly juga menuturkan bahwa secara sosial-budaya, kegiatan ini memiliki arti simbolik sebagai kedekatan hubungan antar tetangga di masyarakat agraris (Veronica, 2023).
Di Desa Mekarsari, tradisi antar rantang makanan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Kegiatan ini melestarikan nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong yang telah menjadi bagian dari kebiasaan lokal. Wawancara dengan salah satu warga, Ibu Halimah (70 tahun), menjelaskan, "Tradisi mengantar rantang bukan cuma tentang memberi makanan, tetapi juga tentang saling peduli, dan menunjukkan kasih sayang kepada tetangga dan keluarga. Budaya yang kita lakukan sudah jadi bagian tak terpisahkan dari Idul Fitri dari tahun ke tahun." (8/4/2024).Â
Tak hanya orang tua, namun anak muda pun terlihat ikut turun dalam memasak dan mengantar makanan kepada sanak saudara maupun tetangganya. Wawancara dengan remaja setempat, Ghina (14 tahun) mengungkapkan, "Aku jadi bisa belajar pentingnya hubungan baik dari tradisi mengantar rantang ini. Kegiatan ini juga mengajarkan bahwa kebersamaan itu sangat penting."(8/4/2024). Melalui kegiatan mengantar rantang, generasi muda belajar untuk menghargai hubungan sosial yang kuat dan pentingnya saling membantu.Â
Tradisi mengantar rantang makanan jelang Idul Fitri juga menciptakan ikatan emosional yang kuat antara anggota masyarakat, memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di tengah-tengah perubahan zaman. Dengan terus menjaga tradisi tersebut hidup, masyarakat Desa Mekarsari tidak hanya menjaga warisan budaya mereka tetap hidup, tetapi juga membentuk fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih bersatu dan harmonis. Tradisi mengantar rantang bukan hanya tentang memberikan makanan, tetapi juga tentang mempererat hubungan antara sesama manusia.
Referensi:
Veronica, A. F. (2023, April 20). Menilik Akar Sejarah Budaya Berkirim Parsel dan Hantaran Makanan Jelang Lebaran. PikiranRakyat. Retrieved April 22, 2024, from https://www.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-016581811/menilik-akar-sejarah-budaya-berkirim-parsel-dan-hantaran-makanan-jelang-lebaran?page=all
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H