Braaakkkk...!!
Penyidik yang masih muda itu tiba-tiba menggebrak meja di depan kami. Sontak, aku terperanjat saking kagetnya.
"Astaghfirullahal azhim," ucapku spontan, sambil mengelus dada.
Sumpah, jantungku terasa mau copot mendengar suara keras yang sumbernya sangat dekat denganku.
Mata Pak Yudha, nama sang penyidik itu menatap tajam mataku. Sungguh aura intimidasinya sangat kuat menjebol ketahanan mentalku. Nyaliku menciut seketika. Seluruh persendianku terasa lemas. Dorongan air mata yang ingin segera keluar dari netra ini, aku tahan sebisa mungkin.
Untaian do'a aku gumamkan dalam hati, berharap pemeriksaan ini lekas selesai.
Panggilan ini adalah panggilan yang ke-3 kali aku terima dan aku penuhi. Aku berusaha bersikap kooperatif atas kasus yang kini tengah aku hadapi bersama beberapa orang rekanku.
Jadi ceritanya, aku dan beberapa orang rekanku dilaporkan melakukan penggelapan atas uang organisasi di mana aku bergabung dan bernaung di dalamnya. Kebetulan posisiku di organisasi itu adalah sebagai  bendahara.
Sedangkan 3 orang rekanku yang lainnya adalah 1 orang ketua harian, Â 1 orang sekretaris, dan 1 orang lagi sebagai humas.
Yang melaporkan itu adalah pimpinan organisasi yang baru menjabat selama 3 bulan ini. Aku menduga, ini ada unsur dendam pribadi, karena sebelum dia menduduki kursi  jabatan ketua umum, kami penah bermasalah dengannya. Masih terkait soal keuangan.
"Jangan main-main dengan kasus ini, Anda dipanggil ke sini untuk memberi keterangan yang sebenarnya, bukan untuk mengarang bebas !!" Â