Mohon tunggu...
Siti Rubaidah
Siti Rubaidah Mohon Tunggu... -

bunga indah nan elok bertangkaikan duri

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kompasiana Nangkring Surabaya Sepakat untuk Tidak Sepakat

19 Juli 2013   06:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati buka bersama di Pisa Kafe Jalan Manyar Kertoarjo Surabaya kali ini sungguh berbeda. Tidak seperti buka bersama pada umumnya yang hanya sekedar ngumpul dan makan-makan, kali ini kompasiana Surabaya nangkring bersama dengan menghadirkan Keynote Speaker yang pakar dan kompeten yakni Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK selaku Kepala BKKBN Pusat dan Agnes Swetta Pandia wartawan Kompas.

Sejak awal MC membuka acara, antusiasme peserta sangat terasa. Dan suasana menjadi sangat hangat serta menggelitik ketika session tanya jawab di buka oleh moderator. Apalagi ketika salah satu peserta ada yang menanggapi pembicaraan Keynote Speaker dengan menceritakan latar belakang diri dan keluarganya yang berasal dari keluarga besar dan tidak sependapat dengan ajakan BKKBN dengan slogan "dua anak cukup" atau "dua anak lebih baik". Dengan sangat berapi-api dia membanggakan bahwa dengan keluarga besar dan jumlah anak yang banyak, Alhamdulillah lingkungan keluarganya tidak ada yang tersandung kasus korupsi seperti tren yang terjadi saat ini. Dengan pernyataan yang kontroversi ini jelas menggelitik dan mungkin mengusik bagi pendengaran mayoritas yang hadir.

Sangatlah bijak tanggapan dari Bapak Fasli Jalal, ketika di awal tanggapannya beliau menggaris bawahi bahwa kita dalam forum ini harus sepakat untuk tidak sepakat. Bahwa semua individu berhak mempunyai pandangan dan sikap berbeda satu sama lain, sehingga slogan BKKBN yang berbunyi "dua anak cukup" harus disampaikan kepada masyarakat luas dengan cara persuasif dan berdialog. Tidak boleh ada paksaan atas nama apapun, apakah itu atas nama negara, kelompok atau bahkan agama apapun dalam menyampaikan program "dua anak cukup". Dengan bahasa yang persuasif dan forum yang dialogis diharapkan pesan tersebut sampai ke masyarakat sehingga terbuka kesadaran karena mereka tahu pilihan-pilihan atas sikap yang di ambil. Syukur-syukur kemudian diikuti oleh sebuah gerakan kongkrit.

Applaus sangat meriah dari para peserta dan hadirin yang hadir mendengar jawaban yang mengena dan bijaksana dari bapak Fasli Jalal. Ada sebuah kelegaan bersama bahwa ternyata perbedaan sikap tidak membuat titik konflik tapi justru mencerminkan keberagaman yang indah. Seindah bunga-bunga di taman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun