Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cermin dan Jejak Langkah

30 Januari 2021   10:45 Diperbarui: 30 Januari 2021   10:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi jejak langkah (Foto dari BuruhBuku di Tokopedia.com)

Belum lagi penyakit sosial kita yang akut dibenturkan dengan sentiment sempit. Isu pribumi Vs nonpribumi, yang sama-sama berdarah berasal dari Indonesia. Kita malah lebih senang mengucapkan 'welcome' kepada kaum Asing. Lihat saja di musim politik. Ketimbang sesame anak bangsa, kita lebih mudah dipeta-konflikkan.

Isu kesukuan yang begitu menguat. Anak bangsa lebih tertarik berkoalisi dengan kelompok 'peranakan'. Ketertarikan kita bukan tanpa alasan, dan umumnya karena motif uang atau materi. Kecenderungan seperti itulah yang membuat anak bangsa Indonesia menjadi tamu di negeri sendiri. Kapan kita rintis jalan baru?, kekuatan baru untuk membangun kepercayaan diri.

Rodah kehidupan ini berjalan seperti mesin. Gerak jantung yang terus berdetak. Langkah-langkah pengembara yang berjejak, yang manis jangan cepat ditelan. Pahit juga begitu, jangan lekas-lekas dibuang. Begitulah isyarat hidup yang selalu menyajikan realitas-realits berwarna. Kita belajar dari semua ruas waktu.

Terlewatkan dengan kesan dan pesan. Tak ada yang sia-sia, tak ada yang tak berarti dalam menjalankan roda kehidupan. Kisah sedih sering kita temukan. Besok dan lusanya, kita temukan pula kebahagiaan. Yang semuanya semu, tidak kekal-abadi. Dari proses-proses gerak itu kita makin tumbuh matang. Belajar darinya.

Agar lebih dewasa. Terampil dan berhat-hati dalam menghadapi segala kondisi hidup. Kehidupan memang tak semudah kita mengedipkan mata, semuanya butuh usaha kerja keras. Jangan berharap lebih pada manusia. Relasi kita yang kuat, permanen adalah sang maha kuasa. Disitulah tempat kita bersandar, meminta ampun, meminta pertolongan.

Sekali lagi, jangan berani kecut nyali jika menjadi pengembara. Harus bermental baja. Harus berjuang. Jangan cepat padam semangatnya, jagalah keserasian, harmonisasi bersama alam. Kadang kita sampai lupa, bahwa waktu terus berjalan. Tanpa membalik arah. Disinilah yang membuat kita sering sia-siakan waktu.

Kita berniat menjadi generasi terlatih. Bukan sekedar siap berjuang, dan bertahan semata. Lebih dari itu, terlatih, disiplin. Ulet dalam bekerja, menjaga kepercayaan. Tiap-tiap kita yang sudah punya prinsip hidup pasti tau bagaimana bertahan hidup. Buatlah hidup kita berarti, karena hidup hanya sekali. Tak pernah kita tahu, mungkin saja setelah tulisan ini terbit Allah SWT memanggil kita.

Menutup semua kecongkakan kita dalam hidup. Menamatkan cerita kita tentang ramainya hidup yang penuh 'pertempuran', pergolakan dan romantika. Kuasa Allah atas segalanya. Kita hanya mampu menerawang, berikhtiar, mewaspadai agar kelak setelah dipanggil Allah kita punya bekal amalan yang memadai.

Kita tak tau, besok lusa seperti apa nasib kita. Hanya mengandalkan kerja keras, semangat juang yang tinggi kita ayunkan langkah. Perjalanan kehidupan ini bagai kita mengayun pedal sepedah. Ketika lelah, jatuh atau, tidak lagi mengayunnya, maka kita tertinggal. Bisa jatuh, cidera atau diam ditempat.  

Jejak langkah kita menjadi cerminan. Bahwa kelak capaian kita seperti apa. Itu sudah sunnatullah, dimana siapa yang raji melangkah otomatis banyak yang dilewatinya. Bagi mereka yang memilih diam. Berarti, cerminannya juga tidak seramai, seindah, tiak berwarna. Berbeda dengan jejak langkah para pengembara. Lewat tulisan juga kita sedang meniti jejak langkah tersebut. Syukurlah, jika ada yang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun