Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semenjak Mengingatmu, Aku Lupa

8 Juli 2020   18:46 Diperbarui: 8 Juli 2020   19:46 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku lupa, bahwa aku ada (Foto Fahri)

Ketenangan harus menjadi selimut hidup kita. Bukan selimut saja bahkan, lebih dari itu ketenangan ditempatkan sebagai 'rumah besar' kita untuk menjalani hidup di dunia. Suka duka kita berada di dalamnya, ketenangan harus menjaminkan bahwa kekacauan dan konflik tidak akan tumbuh. Betapa tidak, bila kita semua hidup dalam suasana ketenangan. Tak ada sedikit saja kita tersakiti, dan saling menyakiti.  

Sudah saat kita meninggalkan, mencicil kebaikan. Kita pun kemudian mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan itu secara baik dan benar. Kau lupa kejatahan, kemunafikan, kebodohan, lupakan saja. Menyelam atau tenggelamlah ke dalam dasar laut ketenanganmu. Karena dengan itu, kau tidak perlu terpengaruh dengan pameran kejatan, atau sindiran orang-orang disekitarmu. Hatimu dimatikan untuk perbuatan jahat, dan dihidupkan untuk menumbuh suburkan ketenangan.

Mereka yang telah tenang, termasuk engkau, pasti damai hidupnya. Enggan menggangu orang lain, membuat rusak dan mengintai kebahagiaan orang lain, tidak pula iri hati. Melainkan ketenangan itu menjadi modal besarmu menghidupkan dan mencintai orang-orang disekitarmu. Aku sungguh lupa pernah menjadi baik, lalu jahat, mengikuti alur hidup yang fluktuatif itu. Kini saatnya menghentikan nafas ketidaktenangan itu. Kerjarlah ketenangan, dunia akhiratmu kau raih. Menyepilah di tengah keramaian dan bising.

Lupakan semua amarahmu, kesombonganmu yang menyala-nyala. Melangkahlah dengan ketenangan. Selamatkan hatimu, pikiranmu dan ketenanganmu akan mengikutimu. Sepanjang semua itu tidak kau jinakkan, kau biarkan beringas dan menjadi buas, maka kau akan ditenggelamkan dalam lautan kekacauan hidup. Bangunlah genggam ketenangan dirimu, kau akan raih semuanya yang disusun dalam mimpi indahmu itu.

Karena sederhananya, yang dikejar orang beragama adalah ketenangan. Sesudahnya ketika kita berupaya mengerti agama secara kaffah, maka bukan ritual semata yang didekati. Melainkan kedamaian hati, ketenangan dan keyakinan kita makin kokoh, membuat kita jauh dari pertengkaran, kekerasan. Ketenangan membuat kita saling tulus mencintai dan toleran.

Bahkan aku sampai lupa bahwa aku ada. Disitulah kefatalanku berfikir. Aku lupa kalau aku dengan berfikir, aku ada dan mengadakan keadaanku. Nyaris hampir bergeser pula ketakwaanku yang selama ini secukupnya ku pelihara. Atas pergolakan realitas banyak diantara kita yang pikun tentang kebaikan-kebaikan hati orang lain. Akhirnya sampailah kita ke level mengusik kegembiraan dan kedamaian orang lain secara kasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun