Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Cahaya Yang Meredup

14 November 2019   18:18 Diperbarui: 14 November 2019   20:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagai kapal terombang-ambing
Kapten mulai oleng
Cuaca bergelora tanpa arah
Bahkan arah cahaya menjadi buram
Jalan pulang tertutup tirai

Kaukah cahaya semangat
Diatas singgasana gagah perkasa
Kau tersenyum penuh percaya
Terbiasa optimis dan energik
Tak gampang patah, dipodium kau ceria
Kini kau lunglai bagai bunga disinari terik
Kau kusut bagai kertas yang diinjak-injak
Hancur kewibawaan dan nama baikmu

Kau yang dulunya bangkit patriotik
Entah kemana?, kini kau tidur
Suara lantang, tak takut salah
Kini melempem memilih diam
Kau lemah, mati harapan
Hilang spirit juangmu
Bangkitlah, nyalakan cahaya

Hari esok akan kita gapai
Gelap hanyalah cahaya yang melemah
Redup kau tak berguna
Bangunlah, kau dinanti
Dielukan kedepan, kau perkasa pejuang
Jangan kau tamatkan cerita
Besok adalah hari-hari kita
Jemputlah cahaya, peluk mesra bersamanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun